تخطي للذهاب إلى المحتوى

Air Mata di Pinggir Pantai Losari

Di pinggir Pantai Losari, seorang pemuda menatap laut yang luas, seakan berharap ombak bisa membawa mimpinya ke tempat yang lebih baik. Ia ingin ke Al-Azhar, tapi biayanya tak ada. Di tengah hiruk-pikuk Makassar, di antara perahu-perahu nelayan yang berlayar tanpa tahu pasti rezekinya hari itu

 Mimpi itu, awalnya, mengarah ke Kairo. Kota para ulama, tempat ilmu agama mengalir dari generasi ke generasi. Di sana, ada Al-Azhar, kiblat keilmuan yang diimpikan banyak santri.

Tapi mimpi tak selalu sejalan dengan kenyataan.

Di pinggir Pantai Losari, seorang pemuda menatap laut yang luas, seakan berharap ombak bisa membawa mimpinya ke tempat yang lebih baik. Ia ingin ke Al-Azhar, tapi biayanya tak ada. Di tengah hiruk-pikuk Makassar, di antara perahu-perahu nelayan yang berlayar tanpa tahu pasti rezekinya hari itu, ia duduk dengan gelisah.

Kecewa, tentu. Tapi hidup tak bisa berhenti di satu persimpangan. Ia mengadu pada pamannya, berharap ada jawaban yang bisa meredakan resah.

Pamannya, seorang yang lebih dulu kenyang dengan asam garam hidup, hanya tersenyum. “Kalau kamu belajar dengan serius, ilmu akan datang padamu. Tidak harus ke Kairo. Yang penting bukan di mana kamu belajar, tapi seberapa sungguh-sungguh kamu menuntut ilmu.”

Kalimat itu sederhana. Tapi justru kalimat sederhana sering kali lebih melekat daripada nasihat panjang yang penuh teori.

Akhirnya, jalan pun berubah. Ia masuk ke IAIN Alauddin Makassar, bukan di fakultas yang diimpikan banyak orang, tapi di Jurusan Adab (Sastra Arab)—jurusan yang saat itu bukan favorit. Tidak ada bayangan akan menjadi ulama besar, apalagi rektor. Yang ada hanyalah semangat seorang pemuda yang ingin membuktikan bahwa ilmu bisa tumbuh di mana saja.

Hidup memang lucu. Kadang, kita mengejar sesuatu yang tak bisa kita capai, hanya untuk menemukan bahwa yang terbaik sebenarnya ada di jalur yang tak kita sangka.

Dan siapa sangka, bertahun-tahun kemudian, pemuda yang dulu menitikkan air mata di pinggir Pantai Losari kini berdiri sebagai rektor, di IAIN Parepare.

Sukses memang tidak mengenal di mana seseorang kuliah. Yang dikenal sukses adalah mereka yang giat belajar, bekerja keras, dan tidak menjadikan keadaan sebagai alasan.

Toh, dalam sejarahnya, banyak yang kuliah di kampus ternama, tapi hidupnya biasa-biasa saja. Sebaliknya, banyak yang dulu masuk kampus seadanya, tapi kini menjadi orang besar.

Seperti kata Gus Dur, “Orang pintar kalah sama orang beruntung. Tapi orang beruntung kalah sama orang nekat.”

Maka, kalau pun dulu ia tak bisa ke Al-Azhar, bukan berarti mimpinya selesai. Ia nekat belajar lebih keras. Dan lihatlah, di tangan orang yang nekat, ilmu bisa tumbuh di mana saja—bahkan dari jurusan yang dulu tak banyak dilirik.

Dan pantai Losari? Ombaknya tetap berdebur. Tapi kali ini, bukan untuk meratapi mimpi yang tak tercapai—melainkan untuk mengingatkan bahwa sukses tidak ditentukan dari di mana seseorang kuliah, tapi seberapa keras ia berjuang.

Air Mata di Pinggir Pantai Losari
Admin 4 مارس 2025
شارك هذا المنشور
علامات التصنيف
الأرشيف

Jangan Batasi Rezekimu
Pesan Gurutta Ambo Dalle: "Aja mubatasi Dalle mu sibawa nawa-nawamu."Jangan kamu batasi rezekimu sesuai keinginanmu.