تخطي للذهاب إلى المحتوى

Komunikasi Cinta dalam Pendidikan: Jembatan Antar Hati

Hj. Nurhamdah - Kepala UPT Bahasa IAIN Parepare
26 يوليو 2025 بواسطة
Komunikasi Cinta dalam Pendidikan: Jembatan Antar Hati
Admin

Pendidikan adalah ruang perjumpaan, bukan sekadar antara akal dan ilmu, tapi lebih dalam lagi: antara hati dan hati. Dalam ilmu tasawuf itulah “Nur Muhammad”. Komunikasi cinta menjadi jembatan paling penting dalam ruang belajar. Tanpa cinta, ruang kelas hanyalah tempat duduk berbaris, papan tulis penuh tulisan, dan suara dosen yang terdengar tapi tak sampai. Tetapi dengan cinta, ruang belajar menjadi taman tumbuhnya karakter, tempat benih-benih kebaikan disemai dan harapan-harapan masa depan dirawat.


Kurikulum cinta bukanlah hal baru. Ia telah lama hadir, hanya saja sering tersembunyi di balik tabel-tabel silabus, learning outcome, dan indikator penilaian. Bahkan dalam kurikulum OBE (Outcome Based Education) yang kini menjadi acuan nasional, semangat cinta itu sebenarnya telah terintegrasi. Sebab, bukankah tujuan pendidikan berbasis luaran adalah melahirkan manusia seutuhnya—yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga utuh secara kepribadian?


Cinta dalam pendidikan bukan berarti lembek atau selalu memanjakan. Kadang cinta itu hadir dalam bentuk teguran, gertakan, bahkan amarah. Tapi bedanya, semua itu dilakukan bukan dari emosi, melainkan dari niat yang tulus. Seorang mahasiswa bisa saja dimarahi, bahkan dihukum oleh dosennya. Tapi jika itu dilakukan dengan cinta—tanpa dendam, tanpa emosi, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab moral—maka efeknya justru positif. Mahasiswa tidak akan dendam. Ia tahu bahwa dosennya sedang mendidik, bukan melampiaskan.


Cinta dalam pendidikan itu seperti bumbu dalam masakan. Tanpanya, semua terasa hambar. Ilmu bisa tetap disampaikan, tugas bisa tetap dikumpulkan, nilai bisa tetap diberikan. Tapi semua hanya akan menjadi rutinitas kering tanpa makna. Cinta menjadikan setiap pertemuan sebagai pengalaman batin. Ia membuat mahasiswa merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Sebaliknya, cinta juga membuat dosen tidak sekadar mengajar, tetapi juga hadir secara utuh sebagai manusia yang peduli.


Kurikulum cinta bukan tentang formula baku. Ia tidak bisa dijelaskan hanya dengan teori pedagogik atau strategi andragogi. Ia lebih bersifat personal dan kontekstual. Cinta menuntut kepekaan. Dosen harus peka terhadap siapa yang sedang ia hadapi. Ada mahasiswa yang cukup disentuh dengan kalimat lembut, ada yang butuh dirangkul, ada juga yang harus 'dikipas' dulu agar sadar. Semuanya tergantung situasi dan karakter mahasiswa.


Dalam praktiknya, kurikulum cinta mencakup nilai-nilai seperti integritas, loyalitas, kejujuran, kesabaran, dan empati. Semua nilai itu tidak cukup hanya diajarkan lewat ceramah. Ia harus diteladankan. Maka pendidikan berbasis cinta tidak cukup hanya mempersiapkan materi kuliah. Ia menuntut kesiapan hati dan ketulusan jiwa. Dosen bukan hanya penyampai ilmu, tapi juga pendamping jiwa.


Kurikulum cinta mengingatkan kita bahwa mendidik adalah kerja hati. Pendidikan yang sukses bukan hanya yang membuat mahasiswa lulus dengan nilai tinggi, tetapi yang mampu menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai manusia. Maka ukuran keberhasilan bukan hanya IPK atau sertifikat, tetapi juga karakter dan arah hidup mahasiswa setelah keluar dari kampus.


Di tengah dunia pendidikan yang makin terjerat oleh angka dan akreditasi, kurikulum cinta menjadi napas yang menyelamatkan. Ia membawa kita kembali ke hakikat pendidikan: membentuk manusia, bukan sekadar mengisi kepala.


Mendidik dengan cinta adalah seni. Ia butuh waktu, kesabaran, dan konsistensi. Tapi hasilnya luar biasa. Mahasiswa tidak hanya akan mengingat materi kuliah, tapi akan mengenang sentuhan hati yang pernah diberikan dosennya. Dan dari sana, lahir hubungan yang lebih dalam: hubungan yang tak lekang oleh waktu.


Maka mari kita terus rawat cinta dalam ruang-ruang kelas kita. Bukan untuk melankoli, tapi untuk menegaskan bahwa di balik semua teori dan sistem, pendidikan pada akhirnya adalah urusan rasa. Dan hanya cinta yang bisa menembus batas-batas itu—menuju jiwa-jiwa yang utuh, tangguh, dan penuh harapan.

Komunikasi Cinta dalam Pendidikan: Jembatan Antar Hati
Admin 26 يوليو 2025
شارك هذا المنشور
علامات التصنيف
الأرشيف