تخطي للذهاب إلى المحتوى

Laboratorium Harmoni: Gagasan Cinta Sulapa Appa di Tengah Isu Intoleran

Anonim
24 يوليو 2025 بواسطة
Laboratorium Harmoni: Gagasan Cinta Sulapa Appa di Tengah Isu Intoleran
Suhartina


Kadang kita kaget oleh sesuatu yang sebenarnya tak pantas membuat kaget. Saya, misalnya, terperangah membaca laporan Indeks Kota Toleran 2024 yang menempatkan Parepare di posisi paling bawah. Parepare? Kota yang setiap sudutnya berdetak dengan kenangan Habibie dan Ainun. Kota yang konon diselimuti cinta, bukan benci. Kota yang pernah diberkahi dakwah cinta oleh Anregurutta Abdurrahman Ambo Dalle. Tapi angka-angka dingin itu berkata lain: 3,945. Kadang, angka memang bisa membuat orang meragukan hati.


Saya duduk lama memikirkan ini. Membuka berita, membaca penjelasan Setara. Kata mereka, kota dinilai dari regulasi: apakah ada Perda Toleransi, apakah RPJMD menyebut perlindungan minoritas. Saya manggut-manggut, seperti murid patuh, meski dalam hati bertanya lirih: “Lalu bagaimana dengan bentuk cinta yang tak tercatat dalam pasal-pasal hukum?”


Parepare mungkin tidak punya perda pro-toleransi. Pemerintah kota juga dianggap lambat merespons kasus Sekolah Kristen Gamaliel. Tapi saya melihat kenyataan lain: orang-orang Parepare, yang tiap sore duduk di warung kopi, masih saling menyapa tanpa bertanya agama. Pedagang pasar tak pernah menimbang toleransi bersama timbangan sayurnya. Anak-anak tetap riang berlarian di bibir pantai, menyebut satu sama lain dengan panggilan akrab, bukan label iman. Bahkan di Pasar Senggol, orang saling bersenggolan, tapi jarang ada yang benar-benar marah. Sipakatau sudah ada di urat nadi, tak tersampaikan oleh aturan-aturan formal.


Lalu saya teringat kata Gurutta: “Cinta itu keikhlasan, bukan kata-kata.” Tapi barangkali di zaman ini, cinta juga perlu sedikit kata-kata, sedikit aturan, sedikit pencatatan. Karena dunia telah berubah. Toleransi yang dibiarkan alami bisa rapuh, apalagi ketika angin prasangka berhembus deras dari layar gawai. Penilaian hari ini terkadang bukan lagi soal substansi, melainkan tentang apa yang tercatat dan apa yang viral.


Gagasan Kurikulum Cinta dari Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar adalah sebuah respons positif. Betapa sederhana sekaligus indah gagasan itu: mendidik anak-anak dengan empat cinta—cinta kepada Tuhan, sesama manusia, alam, dan tanah air. Sebuah gagasan yang bagi saya serupa dengan Sulapa Appa, falsafah Bugis tentang harmoni empat unsur dengan sedikit adaptasi: manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam, dan manusia dengan negerinya. Kalau dipikir-pikir, bukankah ini sudah lama diajarkan oleh orang tua kita dulu? Hanya saja, kini cinta itu perlu diformalisasi, dimasukkan ke sekolah, diajarkan bersama membaca dan berhitung.


Saya membayangkan Parepare sebagai laboratorium harmoni. Sekolah-sekolahnya menjadi tempat di mana anak-anak tak hanya menghafal pelajaran, tetapi juga belajar menyebut nama temannya dengan hormat, apa pun agamanya. Kurikulum Cinta di Parepare tak perlu rumit; cukup menambahkan cerita-cerita Bugis tentang sipakatau dan siri’ na pacce, cukup membuat mereka duduk satu tikar saat bakti sosial lintas iman.


Lalu, siapa lagi yang lebih tepat memulai ini kalau bukan IAIN Parepare? Kampus dengan visi akulturasi budaya dan agama ini sudah lama meneliti nilai-nilai lokal, dengan paradigma keilmuan Sulapa Appa sebagai pijakan. IAIN Parepare melalui Pusat Moderasinya sudah sering membicarakan isu moderasi beragama—bahkan pernah menghadirkan pembicara internasional dari Al-Azhar Kairo dan Universitas Sains Islam Malaysia. IAIN bisa menulis modul Kurikulum Cinta khas Parepare, mengajak guru-guru agama berbicara, dan mendampingi pemerintah agar RPJMD berikutnya berdenyut dengan kata cinta—bukan sekadar infrastruktur dan angka-angka ekonomi.


Parepare mungkin kalah di atas kertas, tetapi cinta yang tak tercatat pun tetap ada. Hanya saja, sekarang cinta itu perlu  dituliskan, diajarkan,  dibiasakan. Agar kelak, ketika ada yang datang lagi membawa angka-angka toleransi, Parepare tidak hanya membalas dengan senyum, tetapi juga dengan bukti bahwa Kota Cinta benar-benar mencintai perbedaan.

في Opini
Laboratorium Harmoni: Gagasan Cinta Sulapa Appa di Tengah Isu Intoleran
Suhartina 24 يوليو 2025
شارك هذا المنشور
علامات التصنيف
الأرشيف