تخطي للذهاب إلى المحتوى

Manajemen Dakwah Perspektif Mahabbah: Strategi Dakwah Berbasis Kasih Sayang

Dr. Nurhikmah, M.Sos.I. (Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Parepare)
25 يوليو 2025 بواسطة
Manajemen Dakwah Perspektif Mahabbah: Strategi Dakwah Berbasis Kasih Sayang
Hamzah Aziz

Manajemen dakwah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan dakwah agar tujuan dakwah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Manajemen ini tidak hanya menyangkut aspek teknis penyampaian, tetapi juga mencakup pendekatan psikologis, sosial, dan spiritual dalam menyentuh hati mad’u (objek dakwah).

Menurut Azhar Arsyad, manajemen dakwah adalah upaya pengelolaan sumber daya dakwah, baik manusia maupun non-manusia, dalam rangka pelaksanaan kegiatan dakwah yang sistematis dan berkelanjutan. Hal ini melibatkan koordinasi dan strategi untuk mencapai perubahan perilaku dan peningkatan kualitas iman masyarakat.

Dakwah bukan hanya menyampaikan kebenaran, tetapi juga menyentuh hati. Di tengah masyarakat yang semakin plural dan penuh tantangan, dakwah dengan pendekatan kasar atau konfrontatif sering kali tidak efektif. Oleh karena itu, perlu pendekatan berbasis cinta dan kasih sayang (mahabbah) agar pesan dakwah diterima dengan hati terbuka.

Ma​habbah (Cinta) dalam konsep Islam: berasal dari kata ḥubb yang berarti cinta. Dalam Al-Qur’an dan Hadis, mahabbah sering dikaitkan dengan sifat Allah (Ar-Rahman, Ar-Rahim) serta akhlak Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya: 107) dan dalam riwayat Hadis: “Sesungguhnya Allah itu Maha Penyayang, mencintai kasih sayang.” (HR. Bukhari)

Sementara Manajemen Dakwah adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan dakwah secara efektif dan efisien agar tujuan dakwah tercapai. Bagaimana konsep mahabbah dapat diterapkan dalam manajemen dakwah? 

Mahabbah (cinta/kasih sayang) dalam Islam bukan sekadar perasaan, melainkan prinsip aktif yang mempengaruhi cara seseorang bersikap, bertindak, dan berinteraksi—terutama dalam konteks dakwah. Dalam manajemen dakwah, mahabbah bisa diterapkan pada setiap aspek proses manajerial: dari perencanaan hingga evaluasi.

Integrasi Mahabbah dalam Manajemen Dakwah

 1. Perencanaan Dakwah (planning) dengan Semangat Mahabbah

  • Menyusun materi dakwah yang ramah, membangun, dan tidak menghakimi.
  • Memahami latar belakang mad’u: kondisi psikologis, sosial, dan spiritualnya.
  • Menyusun materi dakwah yang tidak menghakimi, tetapi membimbing.
  • Memahami latar belakang psikologis, sosial, dan budaya mad’u.
  • Menentukan tujuan dakwah bukan sekadar "menyampaikan", tapi menyentuh hati dan membawa perubahan dengan cinta.

Contoh: Merancang tema kajian yang relevan dengan realitas kehidupan mad’u, seperti “Cinta dalam Keluarga”, “Meraih Ridha Allah dengan Kasih Sayang”.

2. Pengorganisasian Dakwah (Organizing) Berbasis Ukhuwah dan Empati

  • Menempatkan da’i dan tim dakwah yang memiliki kepekaan emosional dan akhlak mulia.
  • Membangun struktur kerja yang kolaboratif, saling mendukung dan tidak kompetitif secara negatif.
  • Menguatkan semangat ukhuwah Islamiyah sebagai dasar antar anggota tim.

Contoh: Membagi tugas dakwah berdasarkan keunikan potensi dan karakter masing-masing anggota (bukan hanya berdasarkan jabatan).

3. Pelaksanaan Dakwah (Actuating) yang Lembut dan Persuasif

  • Menyampaikan dakwah dengan lemah lembut, sabar, dan penuh kasih.
  • Menghindari pendekatan yang keras atau menakut-nakuti, kecuali sangat dibutuhkan.
  • Lebih mengutamakan sentuhan hati daripada debat logika semata.
  • Menyampaikan pesan dengan lemah lembut, seperti dicontohkan Rasulullah.
  • Mengedepankan pendekatan persuasif, bukan memaksa.

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka..." (QS. Ali-Imran: 159)

4. Pengawasan dan Evaluasi (Controlling) dengan Pendekatan Kemanusiaan

  • Mengukur keberhasilan bukan hanya dari jumlah audiens, tetapi perubahan akhlak dan spiritualitas mad’u.
  • Menyediakan ruang evaluasi tim yang tidak saling menyalahkan, tapi saling memperbaiki dan memberi semangat.
  • Menilai proses dakwah: apakah dijalankan dengan cinta atau hanya formalitas.
  • Mengukur bukan hanya kuantitas (jumlah hadirin), tetapi kualitas hubungan antara da’i dan mad’u.
  • Menilai sejauh mana perubahan sikap dan spiritualitas terjadi karena pendekatan mahabbah.

Contoh: Setelah dakwah, da’i mendekati mad’u secara personal untuk mendengar kesan dan memberi nasihat tambahan.

Strategi Dakwah Berbasis Kasih Sayang

a. Empati dalam Komunikasi: Mendengar dengan hati, menyentuh aspek emosional dan spiritual mad’u.

b. Keteladanan (uswah hasanah): Menjadi contoh cinta dan akhlak mulia yang hidup, dakwah melalui perbuatan, bukan hanya lisan.

c. Pendekatan Personal dan Relasional: Membangun hubungan yang akrab dan saling percaya, melayani kebutuhan mad’u dengan kasih dan kepedulian.

d. Menghindari Kekerasan Verbal: Tidak menggunakan kata-kata kasar, merendahkan, atau menakut-nakuti, menyampaikan kebenaran dengan hikm​ah dan nasihat yang baik (QS. An-Nahl: 125).

Mahabbah adalah inti dari dakwah Rasulullah.

Manajemen dakwah yang mengintegrasikan nilai cinta akan menghasilkan transformasi spiritual yang lebih dalam dan berkelanjutan.

Dakwah berbasis kasih sayang bukan kelemahan, tapi kekuatan besar dalam menyentuh hati manusia. Lembaga dakwah dan para da’i perlu mendapat pelatihan komunikasi empatik dan dakwah humanis. Kurikulum dakwah di Pesantren atau Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebaiknya memasukkan materi tentang manajemen dakwah berbasis mahabbah.

Konsep mahabbah dalam manajemen dakwah adalah pendekatan menyeluruh yang menempatkan kasih sayang sebagai inti dari strategi dan pelaksanaan dakwah. Ini menjadikan dakwah lebih humanis, menyentuh hati, dan membawa dampak jangka panjang dalam kehidupan mad’u.

Konsep mahabbah dapat diterapkan dalam manajemen dakwah dengan menyeluruh, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Pendekatan ini menempatkan cinta sebagai kekuatan transformatif dalam menyentuh hati mad’u dan membangun hubungan dakwah yang harmonis, damai, dan berkelanjutan.


Manajemen Dakwah Perspektif Mahabbah: Strategi Dakwah Berbasis Kasih Sayang
Hamzah Aziz 25 يوليو 2025
شارك هذا المنشور
الأرشيف