تخطي للذهاب إلى المحتوى

Spirit Cinta dalam Kurikulum Kemenag: Mewujudkan Ekonomi Islam yang Humanis

A. Rio Makkulau Wahyu (Dosen IAIN Parepare)
27 يوليو 2025 بواسطة
Spirit Cinta dalam Kurikulum Kemenag: Mewujudkan Ekonomi Islam yang Humanis
Hamzah Aziz

Beberapa waktu lalu, Kementerian Agama merilis sebuah gagasan menarik yang disebut “Kurikulum Cinta”. Meskipun terdengar seperti judul novel remaja, konsep ini sebenarnya punya makna yang dalam dan sangat relevan dengan kondisi sosial kita saat ini. Kurikulum ini bertujuan agar pendidikan berbasis agama tidak hanya mengajarkan hafalan dan hukum-hukum fikih, tetapi juga menanamkan nilai kasih sayang, empati, dan kepedulian terhadap sesama. Intinya, agama tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga manusia dengan yang lain, bahkan dengan alam.

Kalau kita tarik konsep ini ke ranah Ekonomi Islam, gagasan “cinta” sebetulnya bukan hal yang asing. Dalam Islam, ekonomi bukan sekadar soal untung-rugi, angka-angka, atau hukum halal-haram. Ekonomi dalam Islam punya ruh, punya nilai, dan salah satu nilai terkuatnya adalah cinta—cinta yang dimaknai sebagai kepedulian, keadilan, dan kasih terhadap orang lain. Sayangnya, selama ini pendekatan terhadap Ekonomi Islam sering kali kaku, terlalu teknis, dan kadang melupakan sisi kemanusiaannya. Padahal, justru sisi inilah yang membedakan ekonomi Islam dari sistem lainnya.

Bayangkan kalau pelaku ekonomi, dari pebisnis sampai pembuat kebijakan, mengambil keputusan bukan cuma berdasarkan keuntungan materi, tapi juga mempertimbangkan kemaslahatan orang banyak. Tidak ada lagi eksploitasi buruh, ketimpangan upah, atau pengabaian terhadap lingkungan. Semua keputusan ekonomi dilandaskan pada semangat saling tolong, rasa tanggung jawab sosial, dan niat untuk menghadirkan manfaat seluas-luasnya. Itu semua lahir dari nilai cinta yang diajarkan agama.

Karena itulah pendidikan menjadi sangat penting. Jika kita ingin Ekonomi Islam tumbuh menjadi sistem yang benar-benar humanis, maka nilai cinta harus diajarkan sejak dini. Bukan sekadar sebagai teori, tapi dibiasakan dalam cara berpikir dan bertindak. Pendidikan Ekonomi Islam harus membuka ruang untuk diskusi tentang etika, kemanusiaan, dan keberpihakan terhadap yang lemah. Kurikulumnya tidak hanya berbicara soal zakat, riba, atau akad-akad muamalah, tapi juga mengajarkan pentingnya empati dalam setiap proses ekonomi.

Kurikulum Cinta bisa menjadi pintu masuk menuju kesadaran baru dalam memahami ekonomi. Bahwa di balik angka-angka statistik dan teori-teori ekonomi, ada manusia yang punya kebutuhan, rasa, dan harapan. Ekonomi Islam yang sejati bukan hanya tentang mematuhi aturan syariah secara teknis, tapi juga tentang menghadirkan rahmat bagi seluruh alam. Dalam konteks ini, cinta bukanlah sesuatu yang lemah atau emosional belaka, tetapi justru menjadi dasar moral yang kuat dalam membangun sistem ekonomi yang adil dan bermartabat.

Integrasi antara Kurikulum Cinta dengan pendidikan ekonomi Islam akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga peka secara sosial. Generasi yang memahami bahwa menjadi bagian dari sistem ekonomi Islam artinya juga menjadi pembawa nilai kasih sayang dan keadilan. Bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk seluruh umat manusia.

Pada akhirnya, gagasan Kurikulum Cinta bukan sesuatu yang mengada-ada, justru mengajak kita kembali ke akar ajaran Islam yang sejati: bahwa segala amal, termasuk dalam bidang ekonomi, harus dilandasi dengan cinta. Jika cinta bisa menjadi fondasi dalam pengambilan keputusan ekonomi, maka kita punya harapan untuk menciptakan sistem ekonomi yang bukan hanya sejahtera secara materi, tapi juga beradab, peduli dan penuh keberkahan.

Spirit Cinta dalam Kurikulum Kemenag: Mewujudkan Ekonomi Islam yang Humanis
Hamzah Aziz 27 يوليو 2025
شارك هذا المنشور
الأرشيف