Skip to Content

Arsip dan Cinta: Etika Profesi dalam Era Digital

Rismalasari (Fungsional Arsiparis, Tendik IAIN Parepare)
July 27, 2025 by
Arsip dan Cinta: Etika Profesi dalam Era Digital
Hamzah Aziz

Arsip bukan sekadar tumpukan dokumen masa lalu. Ia adalah rekam jejak peradaban, cerminan memori kolektif yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sebagai ilmu dan profesi, Langeveld menyebutkan bahwa keilmuan arsiparis bertujuan memanusiakan manusia melalui pelestarian identitas, budaya, dan sejarah. Menurut J.J. Rousseau bahwa arsip mencerminkan kesetaraan dalam akses informasi, lebih lanjut Faule Preire menerangkan bahwa arsip itu membebaskan manusia dari hegemoni lupa, sedangkan Immanuel Kant menegaskan bahwa arsip itu membangun kesadaran moral melalui pengelolaan pengetahuan yang bertanggung jawab.

Seorang arsiparis berperan menjaga kebenaran sejarah dan melestarikan integritas informasi. Di sinilah nilai-nilai cinta menemukan relevansinya. Cinta pada kebenaran, cinta pada sejarah yang utuh, dan cinta pada kemanusiaan. Gagasan tentang “kurikulum cinta” yang diperkenalkan oleh Kementerian Agama bisa menjadi fondasi etik dalam kerja kearsipan: bahwa setiap tindakan menyelamatkan arsip adalah juga tindakan menjaga martabat bangsa.

Tantangan arsiparis di era digital jauh lebih kompleks. Tak lagi soal menjaga lembaran kertas dari kerusakan, tetapi bagaimana merawat arsip digital dalam dunia yang cepat berubah dan penuh risiko disinformasi. Manipulasi data, sejarah palsu, dan penyebaran berita hoaks menjadi ancaman nyata. Karena itu, dibutuhkan etika kuat dalam profesi ini dan etika itu dapat bersumber dari cinta yang tulus pada kejujuran dan tanggung jawab.

Pekerjaan arsiparis adalah pekerjaan sunyi. Di balik rak, ada upaya yang sabar dan teliti untuk menjaga agar bangsa ini tak kehilangan ingatannya. Setiap dokumen yang dirapikan, setiap file yang diorganisasi, adalah bagian dari upaya mempertahankan warisan sejarah. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Rumi, “Cinta bukan sekadar perasaan, tapi cahaya yang menyala dalam tindakan.” Maka pekerjaan arsiparis pun, sejatinya, adalah bentuk cinta yang nyata.

Asta Protas sebagai gagasan dari Kementerian Agama, memberi arah moral bagi profesi arsiparis: bahwa mengarsip bukan hanya soal menyimpan, tetapi juga menghadirkan kembali informasi dengan niat baik dan integritas. Arsip bukan hanya catatan birokrasi. Ia menyimpan cerita—tentang perjuangan, pengorbanan, harapan, dan doa. Dalam mengelola arsip dengan penuh rasa tanggung jawab, arsiparis turut menyemai nilai-nilai yang lebih besar daripada sekadar data.

Ketika cinta menjadi nilai dasar dalam profesi ini, maka pelayanan yang diberikan akan lahir dari ketulusan. Profesionalisme menjadi bermakna, karena didasarkan pada empati dan kejujuran. Inovasi digital dalam dunia arsip pun akan berkembang dalam semangat menjaga integritas, bukan sekadar efisiensi.

Akhirnya, tugas arsiparis bukan hanya menyelamatkan dokumen, tetapi merawat kesadaran kolektif bangsa. Sebab, bangsa yang kuat adalah bangsa yang tidak melupakan dirinya. Dan arsip adalah salah satu cara untuk memastikan kita tetap ingat dengan cinta.

Arsip dan Cinta: Etika Profesi dalam Era Digital
Hamzah Aziz July 27, 2025
Share this post
Archive