Skip to Content

Organisasi Sehat Dimulai dari Pendidik yang Dicintai: Gagasan Menuju Pendidikan Rahmatan Lil Alamin

Ulfa Hidayati, M.M (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Parepare)
July 24, 2025 by
Organisasi Sehat Dimulai dari Pendidik yang Dicintai: Gagasan Menuju Pendidikan Rahmatan Lil Alamin
Hamzah Aziz

Di balik keberhasilan setiap lembaga pendidikan yang sehat dan berdaya, selalu ada sosok pendidik yang bekerja dalam senyap, mengajar dengan cinta, membimbing dengan hati, dan membentuk karakter generasi masa depan dengan kesabaran yang tak ternilai. Namun pertanyaan mendasarnya adalah, sudahkah para pendidik kita dicintai sebagaimana mereka mencintai pekerjaannya?

Dalam suasana pendidikan yang semakin kompleks dan menuntut, pendidik seringkali berada di garis depan tanpa perlindungan yang memadai. Mereka dituntut untuk kuat, kreatif, sabar, dan tahan banting, tetapi jarang ditanya tentang apa yang mereka rasakan, apa yang mereka butuhkan, dan apakah mereka bahagia.

Maka ketika Kementerian Agama menggagas Kurikulum Berbasis Cinta, ini bukan hanya sebuah inovasi kurikulum. Ini adalah undangan spiritual dan moral bagi kita semua: untuk mengembalikan cinta sebagai ruh utama pendidikan. Cinta itu, pertama-tama, harus hadir bagi mereka yang paling awal dan paling dalam mencintai proses pendidikan: para guru, dosen, dan pendidik di seluruh penjuru negeri.

Cinta pada pendidik bukan sekadar memberi honor yang layak, meskipun itu penting. Cinta pada pendidik berarti membangun sistem yang memanusiakan mereka, seperti mendengar suara mereka, menghargai dedikasi mereka, memberi ruang untuk tumbuh, dan mendampingi mereka di saat menghadapi kesulitan dalam profesinya. Di banyak institusi, pendidik masih merasa sendiri dalam menghadapi tingginanya kewajiban administratif, target kurikulum, dan beban sosial.

Ketika pendidik merasa dihargai dan dicintai, mereka tidak hanya bekerja dengan akal dan keterampilan, tapi juga dengan jiwa dan cinta. Dari sinilah organisasi yang sehat akan tumbuh, organisasi yang berdenyut bukan karena perintah, tapi karena panggilan hati.

Pendidikan Rahmatan lil Alamin adalah pendidikan yang menebar kasih, membebaskan dari ketertindasan, dan merangkul yang terpinggirkan. Nilai-nilai ini mustahil hidup dalam ruang-ruang belajar yang dibangun di atas tekanan, ketakutan, dan ketidakpedulian terhadap pendidiknya.

Bagaimana mungkin kita mendidik siswa untuk menjadi manusia yang penuh kasih, jika pendidik mereka sendiri tidak merasakan kasih dari institusinya? Bagaimana mungkin kita berharap anak-anak tumbuh menjadi pribadi penyayang, jika setiap hari mereka melihat guru yang kelelahan, frustrasi, bahkan kehilangan makna?

Organisasi pendidikan yang sehat adalah organisasi merawat yang merawat, yang mencintai pendidiknya bukan hanya saat mereka berprestasi, tapi juga saat mereka butuh penguatan. Inilah bentuk nyata dari pendidikan yang rahmatan lil alamin, yang bukan hanya rahmat bagi peserta didik, tetapi juga rahmat bagi para pengabdi ilmu.

Banyak sekolah dan kampus yang mungkin memiliki infrastruktur megah dan sistem yang canggih, tapi rapuh karena tidak dibangun di atas relasi yang hangat antara pimpinan dan pendidik. Sebaliknya, lembaga-lembaga kecil yang dihuni oleh pendidik yang dicintai seringkali memiliki semangat yang jauh lebih besar, karena cinta melahirkan ketulusan, dan ketulusan melahirkan keajaiban.

Dalam mewujudkan organisasi pendidikan yang mencintai pendidiknya bukan hal yang utopis. Beberapa langkah sederhana namun bermakna dapat mulai dilakukan, seperti :

  • Memberikan ruang dialog yang aman antara pendidik dan pengelola, bukan sekadar forum formal, tapi ruang batin untuk saling mendengarkan.
  • Mendesain program pengembangan profesional yang berpihak, bukan hanya pada peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga pada kesejahteraan psikologis dan spiritual pendidik.
  • Menciptakan budaya penghargaan yang tulus, bukan semata berbasis indikator kinerja, tetapi juga pada proses dan niat baik.
  • Menghapus budaya kompetisi yang toksik, dan menggantinya dengan ekosistem kolaboratif yang saling mendukung.
  • Menginternalisasi nilai kasih dalam seluruh kebijakan institusi, dari rekrutmen hingga evaluasi.

Pada akhirnya, pendidikan bukanlah soal transfer ilmu semata. Ia adalah proses penyembuhan, penumbuhan, dan pembebasan. Semua itu hanya bisa terjadi jika para pendidik kita merasa dicintai oleh sistem, oleh komunitas, oleh kita semua. Maka gagasan Kurikulum Berbasis Cinta bukan hanya milik ruang kelas, tapi juga milik ruang-ruang manajemen, ruang pengambilan kebijakan, dan ruang batin kita masing-masing.

Pendidik yang dicintai akan mencintai pekerjaannya, murid-muridnya, dan masa depan bangsanya. Di situlah pendidikan menjadi rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta, yang berawal dari hati yang saling mencintai. 

Organisasi Sehat Dimulai dari Pendidik yang Dicintai: Gagasan Menuju Pendidikan Rahmatan Lil Alamin
Hamzah Aziz July 24, 2025
Share this post
Archive