Skip to Content

Guru Bukan Status, Tetapi Peran Hidup: Kita Semua Adalah Guru

Rasdiyanah, S.H., M.H (Dosen Hukum Pidana Islam)
November 25, 2025 by
Guru Bukan Status, Tetapi Peran Hidup: Kita Semua Adalah Guru
Hamzah Aziz

Dalam keseharian, kita sering memahami guru sebagai sosok yang memiliki profesi tertentu: pendidik di sekolah, pemegang gelar kependidikan, atau mereka yang diangkat sebagai pengajar resmi. Namun sesungguhnya, guru bukanlah sebuah status. Guru adalah peran. Peran yang hadir dalam kehidupan setiap orang, terlepas dari latar belakang, profesi, atau pendidikan formalnya.

Kita menjadi guru ketika perkataan, tindakan, dan keputusan kita memberi pelajaran bagi orang lain. Kita menjadi guru ketika memilih untuk bersikap baik, menunjukkan kepedulian, atau memberikan teladan hidup yang layak ditiru. Dengan cara ini, guru tidak terbatas pada sosok yang berdiri di depan kelas, melainkan melekat pada setiap manusia yang meninggalkan jejak kebaikan dalam hidup orang lain.

Perjalanan pendidikan Indonesia memperkuat pemahaman ini. Sejak merdeka, bangsa ini telah menempuh langkah besar dalam upaya mencerdaskan rakyatnya. Pada tahun 1961, tingkat buta huruf penduduk usia ≥10 tahun masih berada di angka 57,1%, sebuah tantangan besar di awal kemerdekaan. Berkat program wajib belajar dan peningkatan akses pendidikan, angka itu turun menjadi 4,88% pada 2014 dan kembali menurun hingga 1,08% pada tahun 2023. Tingkat literasi dewasa kini mencapai sekitar 96%.

Kemajuan ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jutaan orang yang telah mendapatkan pendidikan formal. Namun tantangan berikutnya jauh lebih dalam: bagaimana kecerdasan ini disertai karakter, empati, kesadaran sosial, dan rasa saling peduli.

Guru sebagai Tanggung Jawab Moral, Bukan Jabatan Resmi

Ketika kita memaknai guru sebagai status, kita membatasi ruang pendidikan menjadi sempit dan formal. Tapi ketika guru dilihat sebagai peran moral, kita menyadari bahwa siapa pun bisa menjadi sumber nilai bagi sesamanya. Guru sejati adalah mereka yang mengajarkan dengan hati, membimbing dengan kepedulian, memberi contoh hidup yang berintegritas, serta menyalakan empati dalam diri orang lain. Dalam perspektif ini, “guru” tidak lagi bergantung pada jabatan atau ruang kelas, melainkan pada komitmen untuk menghadirkan kebaikan.

Pendidikan pun tidak semata-mata tentang ilmu akademik, nilai ujian, ataupun penguasaan saintek. Pendidikan sejati adalah perjalanan untuk menjadi manusia yang peka, peduli, dan mampu hidup berdampingan. Hal-hal sederhana seperti memperhatikan perasaan orang lain, menolong tanpa diminta, menghormati perbedaan, bekerja sama, dan memahami bahwa setiap orang memiliki latar yang berbeda dan semuanya merupakan bentuk pendidikan.

Membangun Bangsa dengan Kecerdasan yang Berhati

Indonesia akan tumbuh kuat bukan hanya melalui kecerdasan akademik, tetapi juga melalui kebaikan-kebaikan kecil yang menular. Ketika setiap orang mengambil peran sebagai guru bagi diri sendiri, keluarga, dan komunitas, pendidikan akan bergerak sebagai gerakan sosial pembentuk karakter bangsa.

Guru bukan jabatan. Guru adalah peran kemanusiaan, dan peran itu dimiliki oleh siapa saja yang ingin membuat hidup menjadi lebih bermakna. Indonesia akan tumbuh kuat bukan hanya karena pendidikan formal yang baik, tetapi karena setiap warganya bersedia menjadi guru kebaikan bagi sesama. Mari menjadi guru hari ini, dan setiap hari. Bukan demi status, tetapi demi kehidupan yang saling menguatkan.

Ketika setiap orang menyadari bahwa ia adalah guru dan ia punya peran untuk mengajarkan kebaikan. Maka pendidikan akan menjelma menjadi gerakan sosial yang hidup. Setiap tindakan kecil akan menjadi cahaya bagi orang lain. Setiap contoh hidup akan menjadi penyemai karakter bangsa. Dan Indonesia akan tumbuh bukan hanya sebagai bangsa yang terdidik, tetapi bangsa yang memiliki hati, solidaritas, dan persatuan.

Pada akhirnya, guru bukan tentang status, tetapi tentang pilihan. Pilihan untuk menjadi lebih baik, pilihan untuk membawa dampak, pilihan untuk menghadirkan nilai. Mari menjadi guru bukan demi gelar, tetapi demi kehidupan yang saling menguatkan dan masa depan Indonesia yang dibangun dari kecerdasan yang berhati.



Guru Bukan Status, Tetapi Peran Hidup: Kita Semua Adalah Guru
Hamzah Aziz November 25, 2025
Share this post
Archive