Mulai meDi tengah gempuran informasi digital dan modernisasi, anak-anak, khususnya generasi Alfa, seringkali terputus dari kearifan lokal serta pemahaman mendalam tentang lingkungan sekitar. Pendidikan anak usia dini (PAUD) memegang peran krusial dalam membentuk fondasi literasi sains sejak dini, namun seringkali kurikulumnya belum sepenuhnya mengintegrasikan konsep sains dengan budaya dan lingkungan secara aplikatif.
Dalam riset berjudul “Analysis of the Use of Ethnobotany-Based Storybooks to Improve Science Literacy in Alpha Generation Children” yang dilakukan oleh Syarifah Halifah, Novia Anugra, dan Afifa Tiariyanti dari IAIN Parepare, ditemukan potensi besar cerita bergambar berbasis etnobotani untuk menjembatani kesenjangan ini. Penelitian ini menganalisis bagaimana media dongeng dapat menjadi jembatan efektif dalam memperkenalkan literasi sains melalui kearifan lokal, berfokus pada tanaman endemik "Pulu Mandoti" di wilayah Enrekang, Sulawesi Selatan.
Menyingkap Potensi Pulu Mandoti
Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, dianugerahi kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah beras Pulu Mandoti yang terkenal dengan teksturnya yang pulen dan aromanya yang khas. Ironisnya, pengetahuan anak-anak tentang kekayaan lokal ini masih terbatas, seringkali hanya sebatas cerita sejarah dan belum dimanfaatkan optimal sebagai media pembelajaran, terutama di era digital.
Observasi awal terhadap guru-guru PAUD di RA Aisyiyah Bolang, Kecamatan Alla, menunjukkan bahwa pengenalan potensi alam dilakukan sebatas melalui video YouTube. Keterbatasan media edukasi dan fokus pada pembelajaran membaca-menulis di kelas akibat permintaan orang tua, membuat pengalaman belajar di luar kelas yang kaya potensi menjadi sangat penting. Pengalaman ini dapat mengintegrasikan elemen lokal dalam konteks sains yang menarik dan mudah dipahami anak usia dini.
Metode Kualitatif untuk Memahami Kebutuhan
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara dengan 14 responden dari lingkungan PAUD di Kecamatan Alla, Enrekang. Fokus utama adalah menganalisis kebutuhan guru-guru PAUD terhadap penerapan buku cerita, pentingnya buku cerita dalam pembelajaran kearifan lokal, dan format media yang paling sesuai.
Tim peneliti menyusun instrumen dengan delapan pertanyaan kunci. Ini termasuk pertanyaan tentang pengalaman guru menggunakan buku cerita, pentingnya media buku cerita dalam pembelajaran PAUD, familiaritas dengan Pulu Mandoti sebagai kearifan lokal, dan tema serta format media yang paling efektif untuk buku cerita berbasis Pulu Mandoti.
Buku Cerita: Bukan Sekadar Hiburan
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 90% responden menganggap pengenalan kearifan lokal sangat penting, khususnya dalam proses penanaman dan perawatan tanaman Pulu Mandoti. Fakta menarik lainnya, 100% guru PAUD yang menjadi responden menyatakan telah menggunakan buku cerita dalam kegiatan pembelajaran.
Para guru menilai buku cerita dapat menstimulasi perkembangan kognitif, bahasa, dan sosio-emosional anak. Dengan alur cerita yang jelas dan gambar menarik, buku cerita menjadi media pembelajaran yang menyenangkan, memudahkan anak memahami konsep dasar dan terlibat aktif. Hal ini sejalan dengan temuan bahwa mayoritas pendidik anak usia dini sangat mendukung penggunaan buku cerita dalam pembelajaran.
Dalam pemilihan tema, "proses menanam dan merawat Pulu Mandoti" menjadi pilihan utama (64.3%) untuk buku cerita etnobotani. Tema "keunikan bentuk, warna, dan aroma Pulu Mandoti" juga mendapat perhatian (50%), sementara "tradisi dan budaya masyarakat Enrekang" menjadi pilihan dengan persentase lebih rendah (14.3%). Meskipun buku cerita anak sering menonjolkan nilai moral, penting untuk menekankan konsep literasi sains dengan memperkenalkan tahapan proses Pulu Mandoti, mulai dari karakteristik biji, penanaman, panen, hingga cara menikmatinya sebagai makanan tradisional.
Dari segi format media, tanggapan guru terbagi rata: 50% memilih buku cetak bergambar dan 50% memilih buku digital interaktif. Buku cetak dianggap lebih mudah diakses dan cocok untuk anak yang belum familiar dengan teknologi digital. Namun, buku digital menawarkan pengalaman lebih dinamis dan interaktif. Wawancara dengan kepala IGTKI Enrekang Regency menguatkan bahwa buku cetak, buku seri, dan buku bergambar masih menjadi stimulus yang dapat disentuh langsung oleh anak, serta lebih mudah digunakan oleh guru di daerah dengan koneksi internet yang belum stabil.
Masa Depan Literasi Sains Berbasis Kearifan Lokal
Penelitian ini menegaskan bahwa cerita bergambar berbasis etnobotani bukan hanya alat untuk meningkatkan literasi sains, tetapi juga mendukung perkembangan holistik anak. Dengan mengintegrasikan Pulu Mandoti sebagai tema utama, buku cerita dapat memperkenalkan konsep-konsep ilmiah secara menyenangkan dan mudah dipahami, sekaligus menanamkan nilai-nilai budaya lokal.
Pengembangan media pembelajaran berbasis kearifan lokal seperti ini dapat menjadi fondasi penting untuk kurikulum PAUD. Rekomendasi penelitian selanjutnya mencakup pengembangan modul pelatihan bagi guru untuk memaksimalkan penggunaan buku cerita etnobotani dan melakukan uji coba di berbagai konteks kelas. Ini akan mengevaluasi efektivitas buku cerita dalam mendukung pengembangan literasi sains yang lebih komprehensif. Upaya ini akan membuka jalan bagi pemanfaatan media cerita sebagai alat pengajaran yang efektif di masa depan, memastikan anak-anak tidak hanya cerdas secara ilmiah tetapi juga bangga akan warisan budaya dan alam mereka.
Identitas Riset
Judul: Analysis of the Use of Ethnobotany-Based Storybooks to Improve Science Literacy in Alpha Generation Children
Peneliti: Syarifah Halifah, Novia Anugra, Afifa Tiariyanti
Institusi: IAIN Parepare
Tahun: 2025
Daftar Pustaka
Arum Sekar Sari, W. (2021). Pentingnya Sains dan Peran Orangtua dalam Pengajaran Sains kepada Anak di Rumah. nulis di sini...
.