Madrasah, sebagai tulang punggung pendidikan Islam di Indonesia, kerap dihadapkan pada dilema: bagaimana menyeimbangkan antara misi keagamaan yang kuat dengan tuntutan zaman yang kian kompetitif. Banyak madrasah masih bergantung pada subsidi pemerintah, sementara potensi ekonomi internal belum tergali maksimal. Di tengah tantangan ini, gagasan untuk mengadopsi model kewirausahaan menjadi semakin relevan, tidak hanya untuk kemandirian finansial, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa yang inovatif dan berdaya saing.
Dalam riset berjudul “MODEL SISTEM PENGELOLAAN MADRASAH BERBASIS ENTERPRENEURSHIP DI KOTA PAREPARE” yang dilakukan oleh Muhammad Alwi, Muh Iqbal Andhira, dan Muhammad Urwa, terungkap upaya strategis untuk merumuskan sistem pengelolaan madrasah berbasis kewirausahaan di Kota Parepare. Penelitian ini berupaya menjawab bagaimana madrasah dapat memperkuat kemandirian institusional dan inovasi dalam pendidikan Islam, berlandaskan nilai-nilai kejujuran dan keberkahan.
Tantangan Internal: Keterbatasan dan Stigma
Peneliti menemukan bahwa madrasah di Parepare menghadapi sejumlah tantangan internal yang signifikan. Keterbatasan sumber daya manusia menjadi kendala utama, terutama pada kompetensi guru di bidang kewirausahaan. Seorang kepala madrasah bahkan mengungkapkan dilema ini, “Guru terbatas dan fokus mengajar. Siswa khawatir terganggu belajarnya.” Ini mencerminkan tarik ulur antara tugas inti mengajar mata pelajaran agama dan umum dengan tuntutan pengembangan keterampilan kewirausahaan.
Di samping itu, fasilitas produksi yang minim dan keterbatasan modal juga menghambat pengembangan unit usaha. Tanpa peralatan yang memadai, upaya untuk menghasilkan produk berkualitas dan berdaya saing menjadi sulit. Keterbatasan ini menghalangi madrasah untuk mengoptimalkan potensi internalnya, sejalan dengan pandangan resource-based view yang menyatakan bahwa keunggulan kompetitif hanya bisa dicapai jika lembaga memiliki sumber daya yang berharga, langka, dan sulit ditiru (Grace Kena et al., 2015).
Tantangan Eksternal: Persaingan dan Persepsi Publik
Madrasah juga harus menghadapi persaingan ketat dari lembaga pendidikan lain, termasuk sekolah umum dan lembaga tahfidz yang kian diminati masyarakat. Kepala MA Taqwa menyoroti fenomena ini, “Persaingan dengan lembaga tahfidz yang diminati masyarakat.” Ini menunjukkan urgensi bagi madrasah untuk memperkuat positioning dan branding mereka di pasar pendidikan, sebagaimana ditekankan oleh Kotler dan Keller (2016).
Stigma masyarakat yang masih menganggap madrasah sebagai institusi nirlaba yang hanya berfokus pada pendidikan agama, tanpa orientasi pada keterampilan praktis dan kemandirian ekonomi, turut menjadi hambatan. Persepsi ini, diperkuat data Kementerian Agama yang menunjukkan lebih dari 70% madrasah masih bergantung pada dana operasional pemerintah (Kementerian Agama, 2022), dapat menurunkan minat orang tua untuk mendaftarkan anak mereka ke madrasah berbasis kewirausahaan. Diferensiasi program yang jelas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern menjadi kunci untuk menarik minat dan meningkatkan daya saing madrasah.
Peluang Internal: Keterampilan Siswa dan Lokasi Strategis
Meskipun ada tantangan, madrasah di Parepare memiliki potensi internal yang besar. Keterampilan vokasional siswa di bidang busana, tata boga, dan percetakan merupakan aset berharga. Beberapa madrasah sudah memulai unit usaha mandiri seperti konveksi, percetakan, dan produk olahan makanan, contohnya keripik pisang dan es krim. Kepala MAN 1 melihat ini sebagai “semangat baru bagi siswa” yang membuat mereka lebih aktif dalam praktik.
Selain itu, ketersediaan lahan dan lokasi madrasah yang strategis juga menjadi modal penting. Lokasi yang mudah diakses dapat dimanfaatkan untuk membuka gerai atau outlet produk, bahkan menjalin kerja sama dengan pihak eksternal seperti masjid. Ini merupakan tangible resources yang dapat mendukung efisiensi distribusi dan pemasaran, serta memberikan pengalaman belajar berbasis praktik (experiential learning) melalui model School-Based Enterprise (SBE) (Fayolle & Gailly, 2008).
Peluang Eksternal: Dukungan Stakeholder dan Kolaborasi
Dukungan dari berbagai stakeholder eksternal menjadi peluang besar. Lembaga pelatihan kerja (BLK) seperti BLK Makassar dan Parepare telah memberikan pelatihan dan bantuan alat produksi. Alumni madrasah, dosen, serta pelaku UMKM juga turut berkontribusi dalam bentuk pelatihan, bantuan modal, peralatan, dan akses pemasaran.
Kolaborasi strategis ini, seperti yang ditekankan Epstein dan Yuthas (2014), memperkuat kapasitas dan legitimasi madrasah melalui sinergi lintas sektor. Kemitraan ini tidak hanya membuka akses pada transfer teknologi dan peluang pasar baru, tetapi juga menjadi role model bagi siswa dan meningkatkan daya tarik program kewirausahaan madrasah di mata masyarakat.
Merancang Fondasi: Perencanaan Strategis Berbasis Nilai Islam
Model pengelolaan kewirausahaan madrasah yang dirumuskan mencakup empat fungsi manajemen utama: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi, yang seluruhnya berlandaskan nilai-nilai Islam. Tahap perencanaan dimulai dengan analisis potensi madrasah, termasuk SDM (guru dan siswa), potensi pasar, serta sarana prasarana. Analisis ini membantu madrasah mengidentifikasi peluang usaha yang relevan dengan lingkungan sekitar.
Setelah potensi teridentifikasi, madrasah menetapkan tujuan dan target usaha yang spesifik dan terukur, seperti peningkatan keterampilan siswa, kemandirian finansial, atau penguatan citra lembaga. Rencana kerja kemudian disusun, mencakup jadwal kegiatan, strategi produksi dan pemasaran, serta estimasi anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari dana BOS, kontribusi komite sekolah, CSR, atau hasil usaha. Yang terpenting, seluruh perencanaan ini dijiwai oleh nilai-nilai Islam, seperti kejujuran dan keberkahan, yang menjadi fondasi etika bisnis.
Membangun Struktur: Pengorganisasian yang Efektif
Struktur organisasi kewirausahaan di madrasah masih dalam tahap perintisan, namun sudah ada upaya membentuk tim. MA Taqwa berencana membentuk tim kecil, sementara MAN 1 melibatkan guru dan siswa dengan rencana membentuk tim profesional. Idealnya, tim inti terdiri dari guru pembina, siswa terlatih, dan pihak pendukung lainnya.
Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap anggota tim—mulai dari produksi, pemasaran, administrasi keuangan, hingga pengawasan mutu—sangat krusial untuk menghindari tumpang tindih dan memastikan akuntabilitas. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) juga penting untuk menjamin konsistensi, efisiensi, dan standar mutu dalam proses produksi, penanganan bahan baku, pengemasan, pelayanan, dan keuangan. Kejelasan deskripsi pekerjaan, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Pazos (2022), akan meningkatkan koordinasi dan produktivitas.
Menggerakkan Roda: Pelaksanaan Program Kewirausahaan
Tahap pelaksanaan adalah implementasi langsung dari rencana yang telah disusun. Madrasah perlu fokus pada kegiatan produksi barang atau penyediaan jasa sesuai bidang usaha yang dipilih, dengan memperhatikan efisiensi, kualitas, dan keamanan produk. MAN 1 telah mengintegrasikan kewirausahaan ke dalam kurikulum, melibatkan siswa secara aktif dari produksi hingga pemasaran produk olahan makanan dan konveksi. Ini sejalan dengan konsep experiential learning dan model School-Based Enterprise (SBE), yang menjadikan siswa pelaku aktif dalam bisnis.
Strategi pemasaran mencakup promosi internal (kepada warga madrasah) dan eksternal (kepada masyarakat luas), memanfaatkan media sosial, pameran, dan jaringan mitra. Pengelolaan operasional harian meliputi pengaturan jadwal kerja, distribusi tugas, pengelolaan stok bahan baku, dan pencatatan penjualan.
Mengukur Kemajuan: Evaluasi dan Pengendalian Berbasis Akuntabilitas
Evaluasi formal di madrasah masih terbatas. MA Taqwa berencana menyusun laporan berkala, sementara MAN 1 telah melakukan evaluasi informal. Namun, penguatan sistem evaluasi formal berbasis indikator kinerja sangat diperlukan untuk membangun akuntabilitas dan keberlanjutan program.
Evaluasi harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian tujuan, mengidentifikasi kelemahan, dan merumuskan strategi perbaikan. Audit keuangan internal secara berkala juga penting untuk memastikan transparansi dan efisiensi penggunaan dana. Dukungan peralatan dan modal yang memadai harus terus dipelihara dan diupayakan. Penelitian Tahyudin (2023) menunjukkan bahwa sistem evaluasi berbasis data sangat membantu dalam pengambilan keputusan.
Menjaga Niat: Integrasi Prinsip Islam
Seluruh proses kewirausahaan wajib selaras dengan nilai-nilai Islam. Kepala MA Taqwa menegaskan, “Menjadi dasar semua kegiatan usaha (kejujuran, keberkahan, hindari riba).” Ini berarti semua pihak harus menjaga integritas, tidak melakukan kecurangan, dan melaksanakan tugas dengan amanah. Produk dan proses usaha juga harus dipastikan halal, dari bahan baku hingga distribusi.
Nilai-nilai ini bukan sekadar landasan moral, tetapi juga menjadi unique selling point (USP) yang membedakan madrasah dari lembaga pendidikan umum. Dalam pasar yang kompetitif, USP berbasis nilai religius ini dapat menarik minat masyarakat yang mencari pendidikan komprehensif.
Model pengelolaan madrasah berbasis entrepreneurship ini menawarkan peta jalan yang jelas bagi pengelola pendidikan Islam. Ke depan, pemerintah daerah dan Kementerian Agama perlu menyusun kebijakan afirmatif yang mendukung penguatan kompetensi guru kewirausahaan, penyediaan fasilitas produksi, dan akses modal bagi madrasah. Program pelatihan berkelanjutan bagi guru dan kepala madrasah harus menjadi prioritas, diiringi dengan fasilitasi kemitraan strategis dengan industri dan lembaga keuangan.
Lebih jauh, perlu ada kampanye publik yang masif untuk mengubah stigma madrasah, menyoroti keberhasilan siswa dalam kewirausahaan, dan menegaskan peran madrasah sebagai pusat pencetak generasi unggul yang religius sekaligus inovatif. Dengan demikian, madrasah tidak hanya menjadi benteng moral, tetapi juga lokomotif ekonomi umat yang mampu beradaptasi dengan dinamika zaman, menghasilkan lulusan yang mandiri, produktif, dan berakhlak mulia.
Identitas Riset
Judul: MODEL SISTEM PENGELOLAAN MADRASAH BERBASIS ENTERPRENEURSHIP DI KOTA PAREPARE
Peneliti: Muhammad Alwi, Muh Iqbal Andhira, Muhammad Urwa
Institusi: IAIN Parepare
Tahun: 2025
DAFTAR PUSTAKA
Ahyar, Hardani, Universitas Sebelas Maret, Helmina Andriani, Dhika Juliana Sukmana, Universitas Gadjah Mada, M.Si. Hardani, S.Pd., Grad. Cert. Biotech Nur Hikmatul Auliya, et al. 2020. Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.
