Skip to Content

Riset: Model Pembelajaran Berbasis Computational Thinking Perkuat Moderasi Beragama Mahasiswa

December 26, 2025 by
Fikruzzamansaleh

Indonesia, dengan kekayaan budaya dan keberagaman agamanya, menghadapi tantangan serius dalam menjaga harmoni sosial. Gelombang intoleransi dan radikalisme, yang kerap menyasar generasi muda, menuntut pendekatan pendidikan yang inovatif. Lingkungan perguruan tinggi, sebagai kawah candradimuka intelektual, memiliki peran krusial dalam membentuk karakter mahasiswa yang moderat, toleran, dan inklusif. Terlebih di era digital, di mana informasi, baik positif maupun negatif, tersebar tanpa batas, kemampuan berpikir kritis dan solusi adaptif menjadi sangat esensial.


Dalam riset berjudul “A computational Thinking-Based Project Learning Management Model To Develop A Moderated Attitude Towards Religious” yang dilakukan oleh Abdul Halik, Amiruddin, dan St. Wardah Hanafie Das, sebuah model manajemen pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan berpikir komputasi (Computational Thinking/CT) dikembangkan. Penelitian ini secara khusus berfokus pada upaya membentuk sikap moderasi beragama di kalangan mahasiswa IAIN Parepare, mempersiapkan mereka menghadapi kompleksitas sosial dan tantangan era digital.


Fondasi Moderasi Beragama di Era Digital


Moderasi beragama merupakan pilar penting dalam menjaga stabilitas dan identitas bangsa Indonesia. Sikap toleran terhadap perbedaan keyakinan, pencarian titik tengah yang menghormati keragaman, serta penekanan pada non-kekerasan, egalitarianisme, dan keadilan, menjadi prinsip inti yang harus diinternalisasi. Pendidikan formal, khususnya pendidikan Islam, memiliki tanggung jawab besar dalam mengintegrasikan nilai-nilai ini melalui kurikulum inklusif dan dialog antaragama.


Namun, lingkungan perguruan tinggi Islam menghadapi kerentanan terhadap paparan karakter intoleran, doktrin radikal, dan pemikiran anti-budaya lokal. Fenomena ini menggarisbawahi urgensi strategi pendidikan proaktif untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada mahasiswa. Di sinilah peran pendidik menjadi vital, dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan media digital serta strategi pembelajaran efektif untuk mengembangkan sikap moderasi beragama. Pemanfaatan lanskap digital sebagai platform untuk mempromosikan diskursus keagamaan moderat dan melawan misinformasi adalah langkah strategis, seperti yang disoroti oleh Aulia dan Arifin (2023).


Memadukan Berpikir Komputasi dan Pembelajaran Proyek


Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PjBL) muncul sebagai strategi yang relevan di pendidikan tinggi. PjBL mendorong mahasiswa untuk merencanakan, mengorganisir, mengeksplorasi, menilai, dan menafsirkan informasi guna menemukan solusi serta menghasilkan produk. Strategi ini tidak hanya melatih kemandirian dan kreativitas, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. PjBL, seperti dijelaskan oleh Sakti dan Swistoro (2021), melibatkan beberapa proses penting dalam menghasilkan produk, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam setiap tahapan.


Di sisi lain, berpikir komputasi (CT) menjadi keterampilan krusial di era digital. CT mencakup berpikir kritis, analitis, dan kemampuan membuat solusi efektif. Kemampuan ini melatih logika, matematika, dan kemampuan mekanis, berpadu dengan pemahaman teknologi digital. Kalelioğlum (2018) menegaskan, CT berperan membentuk karakter percaya diri, berpikiran terbuka, toleran, dan peka lingkungan. Ada empat elemen utama CT: dekomposisi (memecah masalah kompleks), abstraksi (mengidentifikasi pola penting), pengembangan algoritma (merancang langkah sistematis), dan generalisasi (mengembangkan solusi yang dapat diterapkan pada masalah serupa). Integrasi PjBL dan CT dalam pembelajaran menciptakan sinergi yang kuat. PjBL menyediakan kerangka kerja praktis untuk menerapkan langkah-langkah CT, sementara CT memperkaya PjBL dengan pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah, memastikan mahasiswa tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga memahami proses berpikir di baliknya.


Pengembangan Model ADDIE untuk Moderasi


Tim peneliti menggunakan metode Riset dan Pengembangan (R&D) dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) untuk mengembangkan model manajemen pembelajaran ini. Metode ini dipilih karena kemampuannya menghasilkan produk pembelajaran yang valid, efektif, dan praktis melalui proses pengembangan bertahap. Subjek penelitian meliputi pimpinan fakultas, dosen, dan mahasiswa, dengan data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi.


Model yang dikembangkan mencakup empat komponen utama: pertama, perencanaan pembelajaran yang fleksibel, kontekstual, dan berbasis TIK. Kedua, pengorganisasian proyek dengan tahapan PjBL dan CT, meliputi dekomposisi, abstraksi, algoritma, dan generalisasi. Ketiga, implementasi proyek kolaboratif yang memupuk pemikiran kritis, kreatif, dan toleran. Keempat, penilaian proses dan produk berdasarkan rubrik autentik. Setelah melalui uji validasi ahli, model ini dikategorikan “sangat baik” dengan skor kepraktisan 3.87 dan efektivitas 3.6 dalam uji coba kelas besar. Abdul Halik dan timnya menyatakan, model ini terbukti efektif dan praktis dalam menumbuhkan sikap moderasi beragama di kalangan mahasiswa.


Menguji Efektivitas di Lapangan


Uji coba produk dilakukan dalam dua tahap: uji coba kelompok kecil dan uji coba kelas besar. Hasil uji kepraktisan pada kelompok kecil dengan 15 peserta menunjukkan skor rata-rata 3.87, mengindikasikan bahwa komponen model dinilai sangat baik. Ini mencakup kejelasan indikator, konsistensi kualitas, dan dukungan implementasi efektif dalam konteks penilaian media pembelajaran. Sementara itu, uji efektivitas produk dalam meningkatkan moderasi beragama menghasilkan skor rata-rata 3.53, menunjukkan kategori “baik”.


Setelah perbaikan berdasarkan umpan balik dari uji coba kelompok kecil, produk kemudian diuji pada kelas besar yang melibatkan 25 mahasiswa. Hasil uji kepraktisan pada kelas besar juga menunjukkan skor rata-rata 3.87, mengukuhkan bahwa model ini sangat praktis, mudah digunakan, komprehensif, efisien waktu dan energi, menarik, memotivasi, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran. Uji efektivitas pada kelas besar menghasilkan skor rata-rata 3.6, menandakan peningkatan signifikan dalam hasil belajar, partisipasi mahasiswa, dan respons positif dari pengguna.


Umpan balik dari informan selama uji coba memberikan wawasan berharga. Beberapa menyarankan penyederhanaan urutan aktivitas proyek, klarifikasi tahapan CT, dan kejelasan materi yang akan dikerjakan kelompok. Penting juga untuk memastikan desain pembelajaran berbasis CT fleksibel dan penilaian proses serta produk memiliki indikator yang jelas. Peneliti juga mencatat bahwa model ini relevan untuk diterapkan di perguruan tinggi Islam guna menghadapi tantangan era digital dan memperkuat karakter bangsa yang toleran dan inklusif. Pemanfaatan platform digital seperti ChatGPT, Consensus, Harzing untuk tinjauan literatur, Canva dan Gamma untuk pengembangan materi ajar, serta Julius.ai atau Claude.ai untuk analisis data, sangat membantu dalam implementasi model ini (Saputra et al., 2025).


Jalan ke Depan: Membentuk Generasi Toleran


Pengembangan model manajemen pembelajaran berbasis berpikir komputasi untuk menumbuhkan sikap moderasi beragama ini membuka jalan baru bagi pendidikan tinggi Islam. Ke depan, integrasi yang lebih mendalam antara kurikulum, teknologi, dan nilai-nilai kebangsaan menjadi krusial. Perguruan tinggi perlu terus mendorong dosen untuk menguasai berbagai aspek implementasi model ini, mulai dari tahapan pembelajaran proyek, sistem CT, materi ajar, hingga dinamika sosial dan sistem evaluasi.


Rekomendasi kebijakan dapat mencakup adopsi model serupa secara nasional di lingkungan pendidikan Islam, dengan penyesuaian kontekstual di setiap institusi. Pelatihan berkelanjutan bagi dosen tentang Computational Thinking dan Project-Based Learning, serta penyediaan infrastruktur digital yang memadai, akan menjadi investasi penting. Lebih jauh, penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi dampak jangka panjang model ini terhadap perilaku sosial mahasiswa di luar kampus, mengukur keberlanjutan sikap moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kokoh dalam nilai-nilai toleransi, keadilan, dan inklusivitas.


Identitas Riset

Judul: A computational Thinking-Based Project Learning Management Model To Develop A Moderated Attitude Towards Religious

Peneliti: Abdul Halik, Amiruddin, St. Wardah Hanafie Das

Institusi: IAIN Parepare

Tahun: 2025


Daftar Pustaka

1. Halik, Abdul, Amiruddin, St. Wardah Hanafie Das. 2025. "A computational Thinking-Based Project Learning Management Model To Develop A Moderated Attitude Towards Religious". Al-Musannif: Journal of Islamic Education and Teacher Training.