تخطي للذهاب إلى المحتوى

Hikmah Cinta di Balik Koma

Anonim (Katanya tulisan ini dibuat untuk Kapus Publikasi yang belum menulis opini)
26 يوليو 2025 بواسطة
Hikmah Cinta di Balik Koma
Admin


Dulu, di zaman sahabat, ada seseorang yang nyaris dibunuh hanya karena salah membaca surat. Kesalahannya bukan pada kata, melainkan pada tanda baca, satu titik, satu harakat, satu jeda yang terlewat. Maklum, saat itu huruf-huruf Arab belum memakai titik dan harakat seperti sekarang. Sekali salah baca, makna bisa jungkir balik, dan jungkir baliknya makna bisa membuat seseorang dituduh makar.


Syukurlah, masih ada sahabat yang membaca dengan cinta. “Ah, tak mungkin orang sebaik ini diminta untuk dibunuh,” begitu kira-kira pikirnya. Mereka tak langsung menuduh, tak langsung menghunus pedang. Mereka duduk, berembuk dengan sabar, mencoba berbagai kemungkinan makna, memainkan titik dan harakat yang mungkin. Dan dari rembuk penuh kasih itulah lahir sistem titik, harakat, dan tanda baca yang kita kenal sekarang.


Sejak itu, tanda baca menjadi penjaga nyawa. Bukan hanya aksara, tapi rahmat. Karena siapa pun yang mau berhenti sejenak di antara bacaan, siapa pun yang mau memberi jeda sebelum menghakimi, sejatinya ia sedang belajar mencintai: mencintai kebenaran, mencintai keselamatan orang lain.


Dalam bahasa kita sekarang pun, tanda baca sering menjadi penentu nasib. Pernah ada cerita tentang seorang mahasiswa yang hampir tidak lulus kuliah hanya karena kesalahan tanda baca dalam pedoman skripsinya. Ada juga kisah di sebuah pengadilan perdata, di mana satu frasa dalam kontrak kerja keliru menempatkan koma.


Tanda baca memang kecil, tapi ia diciptakan untuk satu tujuan besar: menghubungkan hati manusia lewat makna yang benar. Abu Aswad ad-Du’ali dan para ulama yang merumuskan harakat di masa sahabat Nabi melakukannya bukan sekadar untuk keindahan bahasa, tetapi untuk menyelamatkan makna, menjaga nyawa, dan memelihara kasih di antara manusia.


Maka, pada hakikatnya, tanda baca tercipta untuk menggapai cinta. Koma mengajarkan kita untuk berhenti sebelum salah paham. Titik mengajarkan kita untuk tahu kapan harus berhenti bicara. Tanda tanya mengajarkan kita untuk rendah hati bertanya sebelum menuduh. Semua itu, jika kita sadari, adalah pelajaran cinta yang sederhana: menunda amarah, menahan lidah, dan memberi ruang bagi kebaikan.


Mungkin inilah hikmah terbesar di balik tanda baca. Ia tampak sepele, tetapi diam-diam menjaga kita dari luka. Karena siapa pun yang mau meletakkan koma sebelum bicara, seperti para sahabat dulu yang berhenti sebelum menghunus pedang, sesungguhnya sedang memelihara satu hal paling mahal di dunia: cinta.


Hikmah Cinta di Balik Koma
Admin 26 يوليو 2025
شارك هذا المنشور
علامات التصنيف
الأرشيف