تخطي للذهاب إلى المحتوى

Kurikulum Cinta: Titian Menuju Bangsa yang Berkarakter, Cerdas, dan Terampil

Rasdiyanah (Dosen Hukum Pidana Islam, IAIN Parepare)
27 يوليو 2025 بواسطة
Kurikulum Cinta: Titian Menuju Bangsa yang Berkarakter, Cerdas, dan Terampil
Hamzah Aziz

Akhir-akhir ini, kita disuguhkan berbagai peristiwa menyayat hati yang menyentuh akal dan nurani kita sebagai anak bangsa. Tawuran antar pelajar, perkelahian antar kelompok mahasiswa, konflik suku dan agama, hingga kekerasan karena persoalan nasab semakin marak di ruang publik, baik melalui media cetak, elektronik, maupun media daring. Fenomena ini seakan mempertegas bahwa bangsa kita sedang menghadapi krisis mendalam, yaitu krisis dekadensi moral.


Ironisnya, pelaku dan korban dalam berbagai kekerasan tersebut adalah anak-anak bangsa sendir, yang merupakan generasi muda yang seharusnya menjadi harapan masa depan. Sehingga disinilah rasa prihatin yang mendalam muncul, sebab hilangnya empati, menurunnya rasa persaudaraan, dan memudarnya nilai-nilai kemanusiaan tampak nyata di tengah kehidupan yang semakin individualistis.


Apakah ini berarti semangat persatuan dan kebersamaan telah terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin kompetitif dan serba instan? Mungkin saja. Namun yang lebih penting saat ini adalah mencari solusi nyata dan sistematis. Krisis moral ini tak bisa dihadapi hanya dengan seruan moral sesaat. Diperlukan langkah konkret yang menyentuh akar pembentukan karakter sejak dini, yakni melalui pendidikan.


Dalam konteks inilah, langkah Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) patut diapresiasi dan didukung. Kurikulum ini bukan sekadar inovasi administratif, melainkan merupakan upaya transformatif dalam mengintegrasikan nilai-nilai cinta ke dalam sistem pendidikan, mulai dari madrasah hingga perguruan tinggi keagamaan.


Cinta adalah bahasa universal yang menembus batas agama, budaya, bahkan ideologi. Cinta yang dimaksud dalam kurikulum ini bukanlah cinta dalam pengertian romantik belaka, melainkan nilai luhur yang meliputi cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada ilmu, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada bangsa. Lima aspek ini dikenal sebagai Panca Cinta, menjadi ruh dari seluruh proses pendidikan berbasis cinta.


Dengan nilai-nilai ini, diharapkan peserta didik tidak hanya tumbuh sebagai individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Pendidikan tidak lagi berhenti pada penguasaan kognitif, tetapi menjadi sarana pembentukan manusia utuh yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan.

Kurikulum Cinta: Titian Menuju Bangsa yang Berkarakter, Cerdas, dan Terampil
Hamzah Aziz 27 يوليو 2025
شارك هذا المنشور
علامات التصنيف
الأرشيف