تخطي للذهاب إلى المحتوى

Latih Kami Menjawab Soal Kehidupan

Andi Marlina (Ketua Prodi HPI)
10 أغسطس 2025 بواسطة
Latih Kami Menjawab Soal Kehidupan
Suhartina

Setiap 17 Agustus, kita merayakan kemerdekaan dengan upacara, lomba, dan pidato. Semua penting. Namun, izinkan kami, pelajar dan mahasiswa, menyampaikan satu tuntutan yang lebih sederhana, sekaligus lebih tajam: latih kami menjawab soal kehidupan. Bukan hanya soal pilihan ganda di kertas ujian, tapi soal yang tak punya kunci jawaban, biaya hidup yang naik, pekerjaan yang berubah oleh teknologi, etika di tengah banjir informasi, iklim sosial yang panas, dan godaan korupsi yang selalu mencari celah.

Kemerdekaan bukan hanya hak untuk merdeka, tetapi kapasitas untuk bertahan dan maju. Jika pendidikan kita berhenti pada hafalan, kami akan kalah sebelum bertanding. Jika kampus hanya sibuk akreditasi, sedangkan kelas tetap kering makna, kami akan lulus tanpa daya. Karena itu, di hari lahir Republik ini, kami ingin menyampaikan “daftar latihan” yang kami butuhkan latihan yang membuat kami sungguh merdeka.

Pertama, latih kami berpikir, bukan sekadar mengulang. Ajari kami merumuskan masalah, bukan cuma menjawab soal. Tantang kami untuk menilai sumber, menguji data, membantah secara santun, dan menyusun argumen yang bisa dipertanggungjawabkan. Ujian esai yang ketat jauh lebih mendidik daripada seribu pilihan ganda yang bisa ditebak.

Kedua, latih kami bekerja lintas disiplin. Hidup tidak dibagi per mata kuliah. Gizi anak, polusi udara, kecanduan gawai, kekerasan seksual, bisnis digital, korupsi, dan sengketa tanah semuanya butuh sains, hukum, ekonomi, teknologi, dan empati sekaligus. Bikin proyek nyata lintas prodi, bukan sekadar tugas tempel-gambar.

Ketiga, latih kami tentang integritas, bukan pencitraan. Stop budaya “asal lewat”, plagiarisme, titip absen, laporan fiktif. Integritas itu otot,  ia kuat karena dilatih. Kelas harus memuji kejujuran, bukan kepintaran menipu. Lebih baik nilai sedang dengan proses jujur, ketimbang nilai tinggi yang menipu diri.

Keempat, latih kami melek hukum dan kebijakan publik. Jangan hanya bilang “taati aturan”. Ajari kami membaca undang-undang, memahami hak dan kewajiban, mekanisme pengaduan, dan logika kebijakan. Kami ingin jadi warga yang bisa mengawal anggaran desa, mengkritik kebijakan kampus, dan mengadvokasi yang lemah dengan data, bukan amarah.

Kelima, latih kami literasi digital, dari etika hingga AI. Kami butuh lebih dari sekadar “jangan sebar hoaks”. Latih kami verifikasi informasi, keamanan siber dasar, jejak digital, hak cipta, dan cara memakai AI secara bertanggung jawab, dari prompt yang efektif sampai memahami bias algoritma dan risiko privasi. Dan keenam, latih kami berkarya untuk publik. Tentu, tuntutan tanpa komitmen hanyalah retorika.

Kepada pemerintah, sederhanakan regulasi yang membelenggu inovasi di sekolah dan kampus. Dana pendidikan harus menetes ke kelas, laboratorium, perpustakaan, dan pelatihan Guru/Dosen, bukan habis di seremoni. Kemerdekaan tidak diwarisi, ia dipelajari, dilatih, dan diperjuangkan. Kami tak minta jalan dipangkas, kami minta alat dan latihan agar kaki kami kuat melangkah. Jadi, pada ulang tahun kemerdekaan ini, izinkan kami mengubah satu tradisi, setelah lagu dinyanyikan, bendera dikibarkan, lomba selesai, mari mulai latihan. Latihan bertanya, latihan berbuat, latihan bertanggung jawab. Agar ketika hidup memberi soal yang rumit, kami punya sesuatu yang lebih dari sekadar harapan,  kompetensi, karakter, dan keberanian. Itulah makna baru kemerdekaan bagi kami, kemampuan menjawab soal kehidupan, dengan kepala yang jernih, tangan yang terampil, dan hati yang bersih. Latih kami. Kami siap.

Ketika kelak kami berdiri di garis depan, entah sebagai guru di desa, peneliti di laboratorium, pengusaha di pasar, atau pemimpin di kantor pemerintahan, kami ingin bisa berkata: latihan itu tidak sia-sia. Sebab kemerdekaan yang sejati bukanlah bebas tanpa arah, melainkan mampu menyalakan pelita di tempat yang gelap, memberi jawaban ketika banyak yang ragu, dan menjaga diri tetap jujur ketika kesempatan menipu datang. Maka, latihlah kami hari ini, agar esok kami yang melatih generasi berikutnya. Itulah hadiah terbaik untuk Republik: kemerdekaan yang terus bertumbuh, dari tangan ke tangan, dari hati ke hati.

 

Latih Kami Menjawab Soal Kehidupan
Suhartina 10 أغسطس 2025
شارك هذا المنشور
علامات التصنيف
الأرشيف