Skip to Content

Riset: Flipbook Dwibahasa Memperkaya Pemahaman Idiom dan Konteks Budaya bagi Pembelajar Bahasa Inggris

December 18, 2025 by
Fikruzzamansaleh

Bayangkan mencoba memahami frasa "break a leg" secara harfiah di panggung teater. Hasilnya mungkin kebingungan, atau bahkan celaka. Ini adalah tantangan yang sering dihadapi pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) di Indonesia ketika berhadapan dengan idiom, ekspresi yang maknanya tidak bisa ditafsirkan langsung dari kata-kata penyusunnya. Kerap kali, idiom terikat erat dengan nuansa budaya, membuat penerjemahan harfiah menjadi mustahil dan pemahaman menjadi kabur.


Dalam riset berjudul "Bridging Figurative Meaning and Cultural Understanding: An R and D-Based Idiom Flipbook for Indonesian EFL Students" yang dilakukan oleh Muajiz Muallim, Cynic Tenedero, Mujahidah, Zulfah, dan Raka Samaratani dari Institut Agama Islam Negeri Parepare dan Technological University of the Philippines, Manila, sebuah solusi inovatif telah dikembangkan untuk menjembatani jurang pemahaman ini. Penelitian ini berupaya menciptakan alat pembelajaran yang tidak hanya menjelaskan makna idiom, tetapi juga mengintegrasikan konteks budaya dan dukungan visual, yang selama ini menjadi celah besar dalam materi pembelajaran yang ada.


Ketika Idiom Menjadi Labirin Kata


Analisis kebutuhan yang melibatkan 50 mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Parepare mengungkap pola yang jelas: mahasiswa sering bertemu idiom dalam teks akademik, video daring, dan media sosial, namun kemampuan mereka memahami maknanya masih terbatas. Tingkat kesulitan pemahaman idiom berada di skala 2 hingga 4, menunjukkan bahwa meskipun terekspos, dukungan pembelajaran yang terstruktur masih minim. Mahasiswa cenderung mengandalkan sumber daring tidak terstruktur seperti Google Search, YouTube, kamus umum, atau bahkan alat AI seperti ChatGPT.


Sumber-sumber ini, meski mudah diakses, dinilai "cukup efektif" saja. Peneliti menemukan bahwa masalah utama bukan pada kurangnya paparan, melainkan pada kurangnya dukungan yang jelas dan terstruktur, terutama terkait sifat kiasan idiom, absennya informasi latar belakang budaya, dan minimnya padanan bahasa Indonesia yang akurat. Ketiadaan kesempatan praktik yang terstruktur di kelas juga memperparah kesulitan ini.


Jembatan Budaya dalam Genggaman: Inovasi Flipbook Dwibahasa


Menjawab tantangan tersebut, tim riset merancang dan mengembangkan flipbook idiom dwibahasa (Inggris-Indonesia). Penelitian ini menggunakan desain Riset dan Pengembangan (R&D) dengan orientasi kualitatif, mengadopsi model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) sebagai kerangka kerja utama. Model ini memastikan pengembangan materi pembelajaran didasarkan pada kebutuhan pelajar dan disempurnakan melalui umpan balik berkelanjutan.


Flipbook ini dirancang untuk memberikan penjelasan yang jelas, catatan budaya, dukungan visual, dan latihan interaktif berbasis kode QR. Integrasi elemen-elemen ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan pemahaman idiom yang bersifat figuratif dan tertanam secara budaya. Dengan demikian, flipbook ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pemahaman linguistik, tetapi juga kesadaran lintas budaya, memungkinkan mahasiswa menerapkan ekspresi idiomatik dengan lebih percaya diri dalam komunikasi multikultural.


Respon Positif dari Kelas Bahasa Inggris


Evaluasi formatif melalui FGD dengan empat dosen dan sepuluh mahasiswa menunjukkan tanggapan yang sangat positif. Mereka melihat flipbook ini sebagai solusi yang berarti untuk mengatasi kelangkaan materi idiom terstruktur. Dosen menilai struktur tabel yang jelas, menyajikan definisi, contoh, dan latar belakang budaya secara terorganisir, sebagai peningkatan signifikan dibandingkan sumber daring yang tersebar. Mahasiswa menghargai presentasi dwibahasa dan ilustrasi yang membantu mereka memvisualisasikan serta mengingat ekspresi dengan lebih efektif. Fitur aktivitas berbasis kode QR juga diterima baik, menambahkan elemen interaktif yang dirasa hilang dari rutinitas belajar mereka.


Evaluasi sumatif yang melibatkan 20 mahasiswa mengonfirmasi efektivitas flipbook ini. Hasil kuantitatif menunjukkan peringkat tinggi di semua aspek evaluasi: kualitas konten (M=4.38), presentasi visual dan tata letak (M=4.50), kegunaan (M=4.48), efektivitas pembelajaran (M=4.41), dan kepuasan pengguna (M=4.53). Ilustrasi dan kejelasan tata letak mendapat respons kuat (M=4.55), begitu pula aktivitas berbasis kode QR (M=4.60), yang dianggap "menyenangkan, menarik, dan berguna untuk latihan." Mahasiswa juga sepakat bahwa flipbook ini lebih efektif daripada mencari idiom secara acak di internet (M=4.60), menegaskan kemampuannya mengatasi masalah fragmentasi informasi.


Landasan Pedagogis dan Relevansi Interkultural


Temuan riset ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menekankan bahwa ekspresi figuratif paling baik dipahami ketika pembelajar menerima penjelasan makna eksplisit yang didukung oleh isyarat kontekstual (Cooper, 1999; Liu, 2017). Format dwibahasa flipbook juga berkontribusi pada pemahaman, konsisten dengan teori pendidikan dwibahasa yang menyatakan bahwa menghubungkan informasi L2 baru dengan pengetahuan L1 pembelajar dapat mengurangi beban kognitif dan mendorong pemahaman konseptual yang lebih mendalam (Chen & Lai, 2013; Nation & Webb, 2011).


Penjelasan budaya juga menjadi fitur kunci yang meningkatkan efektivitas flipbook. Banyak studi menekankan bahwa idiom adalah ekspresi yang tertanam secara budaya, membutuhkan pengetahuan tentang norma sosiokultural dan metafora yang mendasari (Al-kadi, 2015; Robo, 2020; Yağiz & Izadpanah, 2013). Tanpa landasan budaya ini, pembelajar cenderung mengandalkan interpretasi literal, yang sering menyebabkan kesalahpahaman. Evaluasi positif terhadap komponen latar belakang budaya dalam flipbook menunjukkan keberhasilannya dalam membuat dimensi budaya ini lebih mudah diakses, sejalan dengan temuan Fitriyah et al. (2024) dan YUNITA & MAISARAH (2020).


Peran visual dan desain multimodal dalam flipbook juga krusial. Penelitian tentang pembelajaran multimedia, berdasarkan teori Mayer, menunjukkan bahwa kombinasi informasi visual dan verbal meningkatkan pemahaman dengan mengaktifkan proses pengkodean ganda (Boers & Lindstromberg, 2008; Chen & Lai, 2013). Respon positif mahasiswa terhadap ilustrasi dan estetika keseluruhan flipbook mengindikasikan bahwa visual membuat idiom lebih mudah diingat dan tidak terlalu abstrak (Aydın, 2019; Hubers et al., 2021).


Masa Depan Pembelajaran Idiom: Rekomendasi Praktis


Temuan studi ini membawa implikasi penting bagi pengajaran bahasa Inggris di pendidikan tinggi Indonesia, khususnya dalam mata kuliah yang menuntut pengembangan kesadaran budaya dan interpretasi bahasa figuratif. Flipbook ini menjadi contoh nyata bagaimana sumber daya multimodal dan dwibahasa dapat mendukung pemahaman mahasiswa terhadap bentuk bahasa yang kompleks. Ini sangat relevan untuk mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya, Penerjemahan, Kosakata, dan Membaca, di mana idiom sering muncul dan memerlukan interpretasi budaya yang cermat.


Integrasi penjelasan budaya, didukung isyarat visual dan terjemahan bahasa Indonesia, memberikan alat praktis bagi pengajar untuk menyoroti dimensi budaya ini dengan cara yang mudah diakses siswa. Kemampuan flipbook untuk mendukung pembelajaran mandiri melalui aktivitas berbasis kode QR juga sejalan dengan tren pembelajaran bahasa berbantuan seluler, yang terbukti meningkatkan motivasi dan keterlibatan pelajar (Bensalem & Al-Zubaidi, 2018; Can & Aktaş, 2019).


Tentu, riset ini memiliki batasannya, seperti jumlah idiom yang masih terbatas (60 idiom), ukuran sampel yang relatif kecil dari satu institusi, dan fokus pada data berbasis persepsi daripada pengukuran berbasis kinerja. Namun, flipbook ini memberikan fondasi yang kuat untuk pengembangan di masa depan. Perluasan korpus idiom, penyempurnaan fitur multimedia, peningkatan aksesibilitas offline, dan pelaksanaan evaluasi skala yang lebih besar atau longitudinal akan semakin memperkuat dampak pedagogis produk ini, sembari mendukung bukti efektivitas yang lebih kuat.


Identitas Riset

Judul: Bridging Figurative Meaning and Cultural Understanding: An R and D-Based Idiom Flipbook for Indonesian EFL Students

Peneliti: Muajiz Muallim, Cynic Tenedero, Mujahidah, Zulfah, Raka Samaratani

Institusi: IAIN Parepare

Tahun: 2023


Daftar Pustaka

Al-kadi, A. M. T. (2015). Towards Idiomatic Competence of Yemeni EFL Undergraduates. Journal of Language Teaching and Research, 6(3), 513. https://doi.org/10.17507/jltr.0603.06

Boers, F., & Lindstromberg, S. (2008). Cognitive Linguistic Approaches to Teaching Vocabulary and Phraseology. Mouton de Gruyter.