Di tengah hiruk pikuk informasi digital dan polarisasi yang kian meruncing, kemampuan untuk menyampaikan argumen yang moderat, etis, dan bertanggung jawab menjadi krusial. Ironisnya, banyak mahasiswa di perguruan tinggi keagamaan Indonesia, meskipun memahami prinsip-prinsip moderasi beragama, masih kesulitan untuk mengekspresikannya secara koheren dalam tulisan atau pidato. Paradoks ini menyoroti celah penting antara pengetahuan nilai dan kinerja komunikatif, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pendidikan tinggi mempersiapkan peserta didik untuk mengartikulasikan gagasan yang etis, dialogis, dan bertanggung jawab secara sosial dalam dunia yang semakin multimodal.
Dalam riset berjudul "The MODERASI Model: A Multiliteracy Based Framework for Productive Language Learning in Faith Based Universities" yang dilakukan oleh Suhartina, Jumaedi, dan Alfina Fikra Frazila dari Institut Agama Islam Negeri Parepare, sebuah kerangka instruksional inovatif dikembangkan untuk mengatasi kesenjangan ini. Penelitian ini memperkenalkan Model MODERASI, sebuah pendekatan multiliterasi yang mengintegrasikan nilai-nilai moderasi beragama ke dalam pedagogi berbicara dan menulis, khususnya di lingkungan perguruan tinggi berbasis keagamaan.
Paradoks Moderasi dalam Komunikasi Mahasiswa
Pengamatan di berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa produktif seringkali didominasi oleh pengajaran monologis, keterlibatan multimodal yang terbatas, dan minimnya kesempatan bagi mahasiswa untuk menyusun argumen yang berlandaskan toleransi, empati, dan penalaran kontekstual. Akibatnya, kinerja berbicara dan menulis mahasiswa kerap kali bersifat deskriptif, terfragmentasi, dan terputus dari tuntutan etis dalam wacana publik masyarakat pluralistik. Meskipun literatur global mengenai multiliterasi menekankan pentingnya navigasi teks multimodal dan produksi makna yang tertanam secara sosial, kerangka-kerangka ini seringkali bersifat netral nilai. Mereka jarang membahas bagaimana penalaran etis, tanggung jawab sipil, atau nilai-nilai spiritual membentuk keputusan komunikatif peserta didik.
Studi tentang moderasi beragama di pendidikan tinggi secara konsisten menggarisbawahi toleransi, komitmen anti-kekerasan, dan keterlibatan sipil sebagai kompetensi esensial. Namun, moderasi sering diperlakukan sebagai orientasi ideologis ketimbang praksis komunikatif. Sedikit perhatian diberikan pada bagaimana moderasi diwujudkan melalui wacana, atau bagaimana peserta didik dapat mengembangkan strategi linguistik dan retoris untuk mengungkapkan penalaran moderat dalam konteks akademik dan publik. Penelitian di Asia Tenggara, khususnya di pendidikan tinggi Islam, juga menunjukkan bahwa moderasi lebih sering diajarkan melalui instruksi konseptual daripada diwujudkan melalui tugas-tugas komunikatif.
Mengenal Model MODERASI: Jembatan Antara Nilai dan Retorika
Untuk menjembatani kesenjangan ini, Model MODERASI dikembangkan sebagai kerangka instruksional berbasis multiliterasi yang menanamkan nilai-nilai moderasi ke dalam urutan terstruktur eksplorasi, formulasi, produksi, tinjauan, revisi, transformasi, dan publikasi. Model ini memposisikan moderasi bukan sekadar keyakinan yang harus dihafal, melainkan sebagai praktik komunikatif yang dilakukan melalui wacana. Dengan mengintegrasikan penalaran etis dengan proses desain multiliterasi, model ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi bahasa produktif mahasiswa sekaligus menumbuhkan disposisi esensial untuk keterlibatan yang damai, dialogis, dan bertanggung jawab secara sosial dalam masyarakat kontemporer.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan riset dan pengembangan (R&D) yang disusul dengan implementasi kuasi-eksperimental. Sebanyak 163 mahasiswa sarjana terlibat, dibagi menjadi kelompok eksperimen yang diajar dengan Model MODERASI dan kelompok kontrol yang menerima instruksi konvensional. Pengumpulan data dilakukan melalui validasi ahli, penilaian kinerja pretest-posttest, observasi, dan kuesioner praktikalitas mahasiswa.
Tahapan implementasi Model MODERASI meliputi:
Eksplorasi dan Formulasi: Mahasiswa menganalisis teks multimodal, mengidentifikasi isu-isu terkait moderasi, membuat anotasi, dan menyusun struktur argumen awal.
Produksi: Mahasiswa menyusun esai dan naskah pidato yang mengintegrasikan bukti multimodal, penalaran etis, dan nilai-nilai moderasi.
Tinjauan dan Revisi: Umpan balik dari teman sebaya dan dosen difasilitasi menggunakan panduan tinjauan terstruktur; mahasiswa merevisi karya mereka sesuai masukan.
Transformasi dan Publikasi: Mahasiswa mengubah esai mereka menjadi naskah pidato, menyampaikan presentasi lisan singkat, merekam video, dan mempublikasikan karya mereka di platform digital.
Uji Empiris: Dampak Nyata pada Keterampilan Berbicara dan Menulis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model MODERASI mencapai rating validitas yang sangat tinggi (M = 3.67) dari para ahli, menempatkannya dalam kategori sangat valid untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa produktif. Model ini secara signifikan meningkatkan kinerja menulis (N-Gain = 0.55) dan berbicara (N-Gain = 0.67) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Analisis statistik mengungkapkan perbedaan signifikan antara kedua kelompok dalam skor posttest, dengan ukuran efek yang besar di kedua domain.
Secara spesifik, untuk kinerja berbicara, skor posttest kelompok eksperimen (88.32) jauh melampaui kelompok kontrol (72.21), dengan peningkatan N-Gain medium hingga tinggi (0.67) dibandingkan kontrol yang rendah hingga medium (0.32). Demikian pula, dalam kinerja menulis, kelompok eksperimen mencapai skor posttest rata-rata 82.17, lebih tinggi dari kelompok kontrol 72.73, dengan N-Gain medium (0.55) dibandingkan kontrol (0.36).
Data observasi lebih lanjut menunjukkan implementasi model yang sangat baik, tercermin dalam peningkatan partisipasi, umpan balik teman sebaya yang terstruktur, dan produksi argumen yang lebih koheren. Mahasiswa juga menilai model ini praktis (rata-rata 74.5 persen), dengan dimensi seperti kejelasan tahapan model (73.2%), kegunaan untuk tugas menulis (75.6%) dan berbicara (76.1%), serta integrasi nilai moderasi (74.3%) semuanya dinilai praktis.
Implikasi Pedagogis dan Tantangan ke Depan
Temuan ini memiliki implikasi signifikan bagi pendidikan tinggi. Mereka menunjukkan bahwa moderasi bukan hanya sikap ideologis, tetapi juga kompetensi komunikatif yang dapat diajarkan, dipraktikkan, dan dinilai. Model MODERASI menawarkan mekanisme pedagogis di mana universitas berbasis keagamaan dapat menerjemahkan nilai-nilai institusional ke dalam hasil pembelajaran bahasa yang konkret. Ini menjawab langsung pertanyaan "LALU APA?" dari diskusi akademik: di era yang ditandai oleh polarisasi digital dan misinformasi, penguatan komunikasi yang moderat dapat berfungsi sebagai faktor pelindung yang mendorong tanggung jawab sipil dan interaksi damai.
Model ini juga memberikan wawasan praktis bagi para instruktur. Hasil menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai etis dalam siklus pembelajaran berbasis tugas yang iteratif lebih efektif daripada menyampaikannya melalui perkuliahan terpisah. Model MODERASI mengintegrasikan nilai-nilai secara organik ke dalam produksi pengetahuan dan komunikasi, memungkinkan peserta didik untuk menginternalisasi dan menerapkannya secara otentik. Pendekatan ini dapat memandu pengembangan kurikulum di institusi yang berusaha menyelaraskan pendidikan karakter dengan kompetensi akademik.
Ke depan, penelitian lanjutan harus mencakup desain longitudinal untuk melihat retensi jangka panjang dan kemampuan transfer Model MODERASI. Analisis wacana multimodal yang lebih mendalam dan studi komparatif antar institusi dan disiplin ilmu juga akan memperkaya pemahaman tentang adaptabilitas dan potensi transformatif model ini dalam berbagai pengaturan pendidikan. Mengintegrasikan Model MODERASI ke dalam kurikulum secara lebih luas dan melatih dosen untuk mengimplementasikannya secara efektif dapat menjadi langkah konkret bagi perguruan tinggi keagamaan untuk mencetak generasi komunikator yang tidak hanya cerdas berbahasa, tetapi juga bijaksana dan bertanggung jawab dalam menyuarakan moderasi.
Identitas Riset
Judul: The MODERASI Model: A Multiliteracy Based Framework for Productive Language Learning in Faith Based Universities
Peneliti: Suhartina, Jumaedi, Alfina Fikra Frazila
Institusi: IAIN Parepare
Tahun: 2025
Daftar Pustaka
Suhartina, Jumaedi, & Frazila, A. F. (2025). The MODERASI Model: A Multiliteracy Based Framework for Productive Language Learning in Faith Based Universities. Seminar Hasil Penelitian IAIN Parepare.