Kehidupan di balik jeruji besi kerap diwarnai tekanan psikologis yang mendalam, terutama bagi narapidana perempuan. Mereka tidak hanya menghadapi keterbatasan fisik, tetapi juga beban stigma sosial, isolasi, dan kerentanan emosional yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2021) menyoroti prevalensi gangguan mental yang signifikan di kalangan perempuan dalam sistem pemasyarakatan, sementara studi Celińska & Fanarraga (2022) menggarisbawahi dampak isolasi sosial terhadap distres emosional. Ada kebutuhan mendesak untuk intervensi yang mampu menyentuh akar permasalahan psikologis mereka.
Dalam riset berjudul Pelatihan Lapang Dada Berbasis Nilai Islam untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Narapidana Perempuan yang dilakukan oleh Nurul Fajriani dan Adelia dari IAIN Parepare, sebuah pendekatan inovatif diuji untuk mengatasi tantangan ini. Penelitian ini menawarkan solusi berbasis spiritual yang berakar pada nilai-nilai Islam, yaitu konsep “lapang dada”, sebagai strategi efektif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis narapidana perempuan.
Menelisik Beban Psikologis Narapidana Perempuan
Narapidana perempuan sering kali terperangkap dalam lingkaran depresi, kecemasan, dan tekanan psikologis yang kompleks. Pengalaman traumatis sebelum dan selama penahanan, ditambah dengan kurangnya dukungan sosial dan stigma, memperburuk kondisi mental mereka. Studi Hidayati et al. (2023) menunjukkan bahwa narapidana perempuan memiliki kebutuhan spiritual yang mendesak, yang seringkali tidak terpenuhi oleh program rehabilitasi konvensional. Mereka memerlukan lebih dari sekadar pembinaan rutin; mereka membutuhkan alat untuk meregulasi emosi dan menemukan makna di tengah kesulitan.
Pendekatan konvensional terkadang gagal menyentuh dimensi spiritual yang krusial dalam pemulihan. Inilah mengapa intervensi berbasis nilai Islam menjadi relevan. Penelitian Castillo-Algarra & Ruiz-García (2024) serta Pahlewi (2024) menegaskan dampak positif pembinaan spiritual terhadap peningkatan ketahanan mental dan penurunan stres pada narapidana. Konsep “lapang dada” dalam Islam, yang berarti kemampuan menerima ketentuan Allah dengan hati terbuka, memaafkan diri, dan mencari makna positif dari setiap peristiwa, menjadi titik fokus yang menjanjikan dalam konteks ini.
Konsep “Lapang Dada” dan Kerangka Ilmiahnya
“Lapang dada” bukan sekadar frasa moral, melainkan sebuah mekanisme psikologis yang mendalam. Al-Qur'an sendiri, melalui QS. Taha ayat 25-28 dan QS. Al-Insyirah ayat 1, menggambarkan pentingnya kelapangan hati untuk ketenangan jiwa dan kemudahan urusan. Kim (2022) menjelaskan lapang dada sebagai kemampuan menerima kesulitan sebagai bagian dari takdir, yang secara langsung dapat menurunkan tekanan emosional. Nashori (2005) mengidentifikasi tujuh aspek lapang dada, mencakup kesadaran spiritual, kesiapan psikologis, keyakinan diri, pertaubatan, pemaafan, pencarian hikmah, dan berpikir positif.
Penelitian ini mengintegrasikan dua teori psikologis utama: Positive Stress Response Theory dari McGonigal (2015) dan Post-Traumatic Growth Theory dari Magne et al. (2021). Teori stres positif menyatakan bahwa cara individu memaknai stres menentukan respons emosional dan fisiologis mereka; jika stres dipandang sebagai tantangan untuk pertumbuhan, kesejahteraan psikologis dapat meningkat. Post-Traumatic Growth Theory menjelaskan bagaimana kesulitan hidup dapat memicu perkembangan spiritual dan kekuatan pribadi. Menggabungkan teori-teori ini dengan konsep lapang dada memberikan landasan yang kuat untuk memahami perubahan psikologis narapidana perempuan, terutama dalam konteks menghadapi tekanan berat. Kesejahteraan psikologis diukur menggunakan enam dimensi Ryff (1989): penerimaan diri, relasi positif, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
Mengukur Dampak Intervensi Berbasis Nilai Islam
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain quasi-experimental pretest-posttest yang melibatkan 16 narapidana perempuan di Lapas Kelas IIA Parepare, berusia 20-56 tahun, beragama Islam, dan memiliki tingkat kesejahteraan psikologis rendah hingga sedang. Partisipan dibagi menjadi dua kelompok: delapan orang sebagai kelompok eksperimen yang menerima pelatihan dan delapan orang sebagai kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan.
Pelatihan “lapang dada” ini dilaksanakan dalam dua sesi terstruktur. Materi yang diberikan meliputi pengenalan emosi, konsep lapang dada, praktik dzikir kesadaran (mindfulness dhikr), latihan pemaafan, tafakkur (refleksi mendalam), serta refleksi nilai spiritual. Kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi ini, namun kedua kelompok diukur tingkat kesejahteraan psikologisnya sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pelatihan.
Hasilnya menunjukkan perbedaan yang mencolok. Kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor kesejahteraan psikologis secara signifikan, dari rata-rata 58,12 menjadi 82,75, atau naik 24,63 poin. Angka ini menandakan perbaikan substansial dalam penerimaan diri, relasi positif, dan tujuan hidup mereka. Sebaliknya, kelompok kontrol hanya menunjukkan sedikit peningkatan, dari 59,03 menjadi 61,21, atau hanya 2,18 poin. Uji statistik paired sample t-test dan independent sample t-test mengonfirmasi bahwa peningkatan pada kelompok eksperimen sangat signifikan, sementara kelompok kontrol cenderung stagnan tanpa intervensi terstruktur. Analisis gain score juga memperlihatkan bahwa rata-rata peningkatan kelompok eksperimen mencapai 0,42, jauh lebih besar dibandingkan kelompok kontrol yang hanya 0,03.
Peningkatan terbesar terjadi pada dimensi penerimaan diri (dari 9,25 menjadi 15,87) dan relasi positif (dari 8,63 menjadi 14,44). Dimensi tujuan hidup juga meningkat dari 10,50 menjadi 14,88, serta penguasaan lingkungan dari 9,75 menjadi 13,69. Perubahan ini menunjukkan bahwa pelatihan berhasil membantu narapidana mengembangkan kapasitas adaptif, membangun harapan, dan merencanakan masa depan dengan lebih konstruktif.
Transformasi Melalui Penerimaan dan Makna Hidup
Temuan riset ini menggarisbawahi bahwa pelatihan “lapang dada” bukan sekadar konsep teologis, tetapi juga mekanisme psikologis yang efektif untuk membantu individu menghadapi tekanan hidup secara adaptif. Intervensi berbasis spiritualitas Islam ini mampu mengurangi tekanan mental dan memperkuat penerimaan diri peserta. Pemaafan diri, refleksi makna, dan penguatan nilai spiritual yang diajarkan dalam pelatihan berkorelasi kuat dengan peningkatan kesejahteraan psikologis, sejalan dengan penelitian Paleari et al. (2022) yang menegaskan pentingnya pemaafan diri dalam pemulihan individu traumatis.
Perubahan persepsi terhadap stres memegang peran krusial. Ketika narapidana belajar memaknai kesulitan sebagai ujian spiritual yang dapat meningkatkan kualitas diri, mereka cenderung memiliki respons adaptif. Praktik spiritual seperti dzikir, tafakkur, dan pemaafan terbukti menurunkan kecemasan dan meningkatkan ketenangan batin (Anaraki, 2022; Pahlewi, 2024). Dengan menginternalisasi nilai sabar, tawakal, dan ikhlas, peserta mampu meregulasi emosi dan menemukan makna baru dalam kehidupan, yang pada akhirnya memperkuat fondasi psikologis untuk rehabilitasi jangka panjang.
Penelitian ini memang memiliki beberapa keterbatasan, termasuk ukuran sampel yang relatif kecil dan durasi intervensi yang singkat, yang mungkin membatasi generalisasi temuan. Namun, hasilnya memberikan dasar kuat untuk mengembangkan model intervensi spiritual berbasis Islam yang lebih sistematis dan terukur.
Lembaga pemasyarakatan dapat mengintegrasikan pelatihan “lapang dada” berbasis nilai Islam ini secara rutin ke dalam program pembinaan rohani dan psikologis. Pelatihan bagi petugas lapas sebagai fasilitator juga menjadi krusial agar modul penelitian dapat diterapkan secara konsisten. Para konselor dan psikolog juga dapat memanfaatkan model ini sebagai intervensi psikospiritual terstruktur. Penelitian lanjutan dengan jumlah partisipan yang lebih besar, konteks yang lebih beragam, dan desain longitudinal akan sangat membantu untuk menilai keberlanjutan dampak pelatihan dalam jangka panjang, serta mengintegrasikan aspek psikologi Islam yang lebih luas untuk model intervensi yang lebih komprehensif.
Identitas Riset
Judul: Pelatihan Lapang Dada Berbasis Nilai Islam untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Narapidana Perempuan
Peneliti: Nurul Fajriani, Adelia
Institusi: IAIN Parepare
Tahun: 2025
Daftar Pustaka / Referensi
Afifah, T. A. (2023). Religious mental health: A shift to an Islamic psychology.
