Banyak mahasiswa merasa gentar ketika harus berbicara dalam bahasa asing, apalagi di depan umum. Kecemasan ini seringkali menjadi penghalang utama dalam mengembangkan kemampuan komunikasi lisan yang fasih dan koheren. Terlebih dalam konteks pembelajaran bahasa Arab di perguruan tinggi keagamaan Islam, kemampuan muhadatsah—atau berbicara—menjadi kompetensi inti yang krusial untuk komunikasi akademik dan sosial. Namun, masih banyak mahasiswa yang kesulitan mencapai tingkat kelancaran dan kepercayaan diri yang optimal.
Dalam riset berjudul Peningkatan Keterampilan Muhadatsah Melalui Penggunaan Kartu Pertanyaan Terstruktur Dalam Pembelajaran Bahasa Arab yang dilakukan oleh Raodhatul Jannah, Rara Mutiah, dan Rahmatika dari IAIN Parepare, sebuah pendekatan inovatif diuji untuk mengatasi tantangan tersebut. Penelitian ini berupaya mengevaluasi efektivitas penggunaan kartu pertanyaan terstruktur sebagai media instruksional untuk meningkatkan keterampilan muhadatsah mahasiswa.
Mengurai Problematika Muhadatsah Mahasiswa
Perkembangan pendidikan tinggi di era global menuntut mahasiswa memiliki kompetensi komunikasi yang kreatif, adaptif, dan kolaboratif. Kemampuan berbahasa asing, termasuk bahasa Arab, merupakan indikator penting keberhasilan pendidikan modern. Namun, berbagai kajian menunjukkan bahwa kemampuan muhadatsah mahasiswa di banyak Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) masih belum optimal. Mahasiswa cenderung pasif, kurang percaya diri, takut salah, dan terbatas dalam kesempatan berlatih percakapan spontan.
Observasi awal di Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Parepare memperlihatkan fenomena serupa. Sebagian besar mahasiswa masih mengandalkan hafalan dialog dan kesulitan mengembangkan percakapan natural. Minimnya variasi strategi pembelajaran yang mendorong interaksi komunikatif secara aktif dan kontekstual memperburuk kondisi ini. Tantangan ini menunjukkan perlunya model pembelajaran yang mampu memberikan dukungan (scaffolding), stimulus, dan ruang eksplorasi bahasa yang lebih terarah.
Kartu Pertanyaan Terstruktur: Sebuah Solusi Inovatif
Salah satu media yang dinilai potensial untuk mengatasi permasalahan ini adalah penggunaan kartu pertanyaan terstruktur. Media ini tidak hanya membantu mahasiswa memulai percakapan berdasarkan topik tertentu, tetapi juga mendorong improvisasi bahasa, negosiasi makna, dan komunikasi dua arah yang lebih hidup. Dari perspektif teori interaksional dan Zone of Proximal Development (ZPD) Vygotsky, pertanyaan terstruktur berfungsi sebagai penopang yang memungkinkan mahasiswa bergerak dari zona kemampuan aktual menuju kemampuan potensial melalui interaksi sosial.
Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa media berbasis pertanyaan mampu meningkatkan partisipasi dan kepercayaan diri dalam pembelajaran bahasa. Studi Nursakina Husen (2024) menemukan bahwa penggunaan kartu pertanyaan meningkatkan kelancaran berbicara dan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Nurdiniawti (2020) juga menunjukkan bahwa media kartu dapat memperkaya kosakata dan memperlancar komunikasi mahasiswa pada pembelajaran bahasa Arab. Namun, penelitian yang secara khusus menguji efektivitas kartu pertanyaan terstruktur dalam pembelajaran muhadatsah pada konteks perguruan tinggi Islam, khususnya di IAIN Parepare, masih sangat terbatas.
Kesenjangan penelitian inilah yang menjadi dasar penting bagi pengembangan model pembelajaran muhadatsah yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Penggunaan kartu pertanyaan terstruktur dipandang relevan karena mampu menyederhanakan proses komunikasi, memberikan arah tema yang jelas, dan tetap menyediakan ruang kreativitas bagi mahasiswa untuk membangun percakapan secara bebas. Strategi ini sejalan dengan prinsip Communicative Language Teaching (CLT) yang menempatkan interaksi sebagai inti pembelajaran bahasa serta menekankan penggunaan bahasa secara fungsional dalam konteks nyata.
Menjelajahi Efektivitas di Kelas Bahasa Arab
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain pra-eksperimen tipe one-group pre-test-post-test. Desain ini memungkinkan pengukuran perubahan kemampuan muhadatsah mahasiswa sebelum dan sesudah penerapan media kartu pertanyaan terstruktur. Prosedur penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap: pemberian pre-test, pelaksanaan perlakuan selama empat pertemuan, dan pemberian post-test dengan tema yang setara tingkat kesulitannya.
Partisipan penelitian terdiri atas 20 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Parepare yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Mahasiswa memiliki tingkat kemampuan muhadatsah yang beragam sehingga dianggap representatif untuk tujuan penelitian. Instrumen penelitian berupa tes keterampilan berbicara (muhadatsah) yang dinilai berdasarkan rubrik adaptasi Harris, mencakup aspek pengucapan, kosakata, tata bahasa, kelancaran, dan pemahaman.
Data dianalisis dengan menghitung skor individu, rata-rata, klasifikasi kategori kemampuan (Sangat Baik, Baik, Sedang, Kurang), dan persentase distribusi. Peningkatan kemampuan dianalisis dengan selisih rata-rata pre-test dan post-test. Uji-t berpasangan digunakan untuk menentukan signifikansi perbedaan skor sebelum dan sesudah perlakuan.
Peningkatan Signifikan dalam Keterampilan Berbicara
Penerapan kartu pertanyaan terstruktur dilaksanakan selama empat pertemuan pada mata kuliah Maharah al-Kalām al-Asāsiyah. Setiap sesi dirancang untuk memberikan pengalaman berbicara bertahap melalui kartu bertema sederhana yang relevan dengan kehidupan keseharian mahasiswa. Pada pertemuan pertama, mahasiswa masih gugup, namun struktur pertanyaan membantu mereka mempertahankan alur percakapan. Pada pertemuan kedua, tema yang dekat dengan keseharian memungkinkan mahasiswa merespons lebih cepat dan percaya diri. Dosen berperan aktif memberikan koreksi terkait pengucapan dan struktur kalimat.
Pada pertemuan ketiga, kegiatan dalam kelompok kecil menciptakan interaksi lebih dinamis. Mahasiswa yang semula pasif mulai terlibat karena kartu memberikan batasan dan arah percakapan yang jelas. Pertemuan keempat menunjukkan peningkatan nyata pada kejelasan alur, kelancaran, dan ketepatan kosakata. Penerapan media ini membantu mahasiswa mengembangkan ide, mengurangi jeda, dan menjaga fokus percakapan selama praktik muhadatsah.
Hasil kuantitatif menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rata-rata skor pre-test adalah 64.3, dan rata-rata post-test meningkat menjadi 82.7, merepresentasikan peningkatan sebesar 28.6%. Uji-t menghasilkan nilai 9.84, yang jauh melampaui t-table 2.093 (dengan df=19, α=0.05), mengonfirmasi perbedaan yang signifikan antara kedua nilai tes. Pergeseran kategori kemampuan juga menunjukkan peningkatan signifikan, dengan mayoritas mahasiswa yang awalnya berada pada kategori Sedang dan Kurang bergerak menuju kategori Baik dan Sangat Baik.
Secara kualitatif, mahasiswa menunjukkan peningkatan kemampuan menyampaikan gagasan secara runtut, mengurangi jeda berbicara, dan menggunakan kosakata tematik lebih tepat. Kartu pertanyaan membantu menurunkan kecemasan linguistik, membuat mahasiswa lebih fokus pada struktur kalimat daripada pencarian topik spontan. Dari perspektif pemerolehan bahasa, media ini membantu meningkatkan comprehensible output karena mendorong mahasiswa mengembangkan jawaban dari stimulus terarah. Dalam jangka pendek, penggunaan kartu menciptakan ritme latihan yang stabil dan memperkuat automatisasi berbicara. Dalam jangka panjang, media ini membantu membangun pola berpikir komunikatif karena mahasiswa terbiasa mempertahankan alur percakapan.
faktor Pendukung dan Tantangan Implementasi
Pelaksanaan pembelajaran muhadatsah menggunakan kartu pertanyaan terstruktur menunjukkan adanya kombinasi faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung paling dominan adalah lingkungan belajar yang kondusif. Ruang kelas yang nyaman, pencahayaan memadai, dan suasana santai membuat mahasiswa merasa lebih aman untuk mencoba berbicara tanpa takut dikoreksi. Kondisi ini sejalan dengan pandangan Horwitz bahwa kecemasan adalah variabel penting yang memengaruhi performa berbicara mahasiswa. Seorang mahasiswa bahkan mengungkapkan, “Kalau suasana kelasnya santai begitu, saya lebih berani bicara meskipun kadang masih salah.”
Desain kartu pertanyaan yang sistematis dan relevan juga menjadi faktor pendukung penting. Pertanyaan yang tersusun dari tingkat sederhana menuju kompleks memudahkan mahasiswa mengikuti alur percakapan, sejalan dengan konsep scaffolding. Relevansi tema dengan kehidupan sehari-hari, seperti keluarga, aktivitas kampus, hobi, dan pengalaman pribadi, membantu mahasiswa mengaktifkan pengetahuan awal dan mempercepat proses retrieval kosakata. Interaksi sosial, seperti kerja berpasangan dan kelompok kecil, turut menciptakan kesempatan bagi mahasiswa untuk saling membantu, memperkuat pendekatan socio-constructivist Vygotsky. Peran aktif dosen dalam memberikan arahan, koreksi, dan motivasi juga vital.
Di sisi lain, terdapat beberapa faktor penghambat. Perbedaan kemampuan awal mahasiswa, terutama dalam penguasaan kosakata, menjadi tantangan utama. Mahasiswa dengan kemampuan rendah membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami pertanyaan atau menyusun respons. Seorang mahasiswa menyatakan, “Saya kadang tahu maksud pertanyaannya, tapi bingung mulai jawabnya.” Keterbatasan waktu juga menghambat eksplorasi kartu secara mendalam, membuat beberapa mahasiswa masih bergantung pada kartu dan belum mencapai spontanitas berbicara yang optimal. Kendala teknis dan faktor psikologis seperti rasa malu atau kepribadian introvert juga masih ditemukan, meskipun kartu sudah membantu mengurangi beban kognitif.
Secara keseluruhan, faktor pendukung lebih dominan daripada faktor penghambat, terutama aspek lingkungan belajar, desain media yang terstruktur, dan dinamika kolaboratif. Hambatan yang muncul bersifat teknis dan linguistik, dan dapat diatasi melalui penambahan waktu latihan, pemberian input bahasa yang lebih intensif, serta strategi peningkatan kepercayaan diri mahasiswa. Temuan ini mengonfirmasi bahwa kartu pertanyaan terstruktur merupakan media yang relevan, efektif, dan mudah diintegrasikan dalam pembelajaran muhadatsah pada berbagai tingkat kemampuan mahasiswa, sejalan dengan penelitian Fadhilah dan Jauhari (2025) serta Segaf Baharun (2023).
Masa Depan Pembelajaran Bahasa Arab yang Lebih Interaktif
Penelitian ini membuka peluang penerapan lebih luas, mulai dari pengembangan modul berbasis kartu, adaptasi ke format digital interaktif, hingga integrasi dengan latihan improvisasi untuk membangun spontanitas berbahasa. Untuk ke depan, penelitian lanjutan dapat diarahkan pada pengujian efektivitas kartu pertanyaan terhadap aspek linguistik tertentu seperti kompleksitas sintaksis atau ketepatan fonologis, serta studi jangka panjang untuk menilai keberlanjutan peningkatan kemampuan setelah penggunaan media dihentikan. Pengembangan media ini juga perlu disertai dengan pelatihan bagi para pengajar agar dapat mengoptimalkan penggunaannya dan memberikan scaffolding yang tepat sesuai kebutuhan beragam siswa. Dengan demikian, inovasi pembelajaran muhadatsah dapat menjadi lebih sistematis dan berkelanjutan, menciptakan generasi pembelajar bahasa Arab yang lebih percaya diri dan fasih.
*dentitas Riset
Judul: Peningkatan Keterampilan Muhadatsah Melalui Penggunaan Kartu Pertanyaan Terstruktur Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Peneliti: Raodhatul Jannah, Rara Mutiah, Rahmatika
Institusi: IAIN Parepare
Tahun: 2025
Daftar Pustaka / Referensi
Baharun, S. (2023). Effectiveness of using massive open online courses (MOOC) in learning Arabic during the COVID-19 pandemic in tertiary institution. Perspektivy Nauki i Obrazovania, 63(3), 651–661. https://doi.org/10.32744/pse.2023.3.39
