Skip ke Konten

Membangun Kerukunan dalam Bingkai Kebangsaan: FKUB Parepare dan Kepala Moderasi Beragama IAIN Parepare Sinergikan Gagasan Moderasi

19 November 2025 oleh
Membangun Kerukunan dalam Bingkai Kebangsaan: FKUB Parepare dan Kepala Moderasi Beragama IAIN Parepare Sinergikan Gagasan Moderasi
Hamzah Aziz

Parepare – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Parepare menggelar Dialog Kerukunan bertema “Sinergi Umat Beragama untuk Memperkokoh Kerukunan dalam Bingkai Semangat Kebangsaan” di Cafe & Resto Teras Empang, Jl. Andi Dewang Sumpang Minangae, Rabu (19/11/2025).

Kegiatan ini menghadirkan tokoh lintas agama serta puluhan pemuda dari berbagai organisasi kepemudaan di Kota Parepare. Narasumber utamanya, Dr. H. Muhiddin Bakri, Lc., M.Fil.I., Kepala Pusat Studi Moderasi Beragama LP2M IAIN Parepare, menyampaikan pemikiran strategis tentang kerukunan di era disrupsi digital. Dialog ini bertujuan memperkuat harmoni sosial di tengah meningkatnya tantangan intoleransi serta derasnya arus informasi yang tidak terverifikasi.

Hadir mewakili Wali Kota Parepare, Plh. Kepala Badan Kesbangpol sekaligus Kepala Dinas Perpustakaan Kota Parepare, Ahmad Masdar. Turut hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Parepare Dr. H. Irfan Daming, S.Ag., M.Pd.; Ketua FKUB Kota Parepare Drs. H. Zainal Arifin, MA.; dan Sekretaris FKUB Dr. H. Amin Iskandar, MA. yang memoderatori jalannya dialog.

Dalam sambutannya, Ahmad Masdar mengapresiasi komitmen FKUB dalam merawat ruang dialog lintas generasi.

“Kerukunan itu harus terus dirawat. Parepare sudah sejuk, tetapi kita tidak boleh lengah. Pemerintah daerah berkomitmen menjaga toleransi sekaligus menolak segala bentuk ujaran kebencian,” tegasnya.

Kepala Kemenag Parepare, Irfan Daming, menilai kegiatan ini sejalan dengan prioritas Kementerian Agama dalam memperkuat moderasi beragama.

“Dialog seperti ini menjadi bukti bahwa tokoh agama dan pemuda mampu bersinergi menjaga keharmonisan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua FKUB Parepare, Zainal Arifin, mengungkapkan bahwa Parepare berada pada peringkat 94 nasional dalam Indeks Kota Toleran 2024 versi Setara Institute, atau masuk kategori 10 kota dengan tingkat intoleransi tinggi.

“Peringkat ini menjadi cambuk bagi kita semua. Melibatkan pemuda dalam dialog kerukunan adalah langkah strategis agar narasi intoleransi tidak lagi mendapat tempat,” jelasnya.

Dalam pemaparannya, narasumber utama Dr. Muhiddin Bakri menyoroti bahaya algoritma media sosial yang dapat memperbesar perbedaan kecil menjadi konflik besar. Ia menekankan bahwa saat ini masyarakat hidup pada situasi ketika perbedaan dapat menjadi viral dalam hitungan detik.

“Hari ini kita hidup di era ketika perbedaan bisa viral dalam sekejap. Satu video kecil; misalnya perdebatan di rumah ibadah, konten ceramah yang dipotong sepenggal, atau isu intoleransi di media sosial—bisa langsung memicu kegaduhan nasional,” jelasnya.

Ia memaparkan tiga alasan utama mengapa isu sensitif begitu mudah viral:

  1. Algoritma media sosial mempromosikan konten pemecah emosi, bukan konten edukatif.
  2. Masyarakat mengalami banjir informasi, sehingga cepat bereaksi tanpa klarifikasi (tabayyun).
  3. Isu identitas agama atau suku bersifat sangat emosional, sehingga mudah menimbulkan solidaritas spontan ataupun kemarahan kolektif.

Menurutnya, kondisi ini harus menjadi perhatian serius, karena salah satu sumber konflik horizontal hari ini berasal dari salah baca informasi atau provokasi digital. Lebih jauh, Dr. Muhiddin menegaskan bahwa sinergi umat beragama bukan berarti mencampuradukkan keyakinan, tetapi bekerja sama pada nilai universal.

“Sinergi bukan mencampur agama, tetapi bekerja bersama pada isu kemanusiaan, lingkungan, pendidikan, dan bantuan sosial,” tandasnya.

Ia juga mengajak pemuda tampil sebagai agen moderasi beragama di ruang digital.

“Pemuda harus dibekali literasi digital keagamaan. Jadilah influencer perdamaian, bukan penyebar kebencian,” pesannya.

Dalam penutupannya, Dr. Muhiddin Bakri menawarkan lima rekomendasi konkret bagi Parepare: 1) Pembentukan Tim Kerukunan Pemuda Lintas Iman, 2) Program kolaborasi rutin tokoh agama dan pemuda (donor darah, bakti sosial, festival budaya), 3) Pelatihan moderasi beragama berkala untuk pemuda, 4) Gerakan literasi digital anti-hoaks keagamaan, dan 5) Pendirian pusat layanan mediasi konflik berbasis komunitas.

Dialog interaktif yang berlangsung hampir empat jam tersebut ditutup dengan komitmen FKUB, Kementerian Agama, dan Badan Kesbangpol Kota Parepare untuk menjadikan forum serupa sebagai agenda tahunan demi menjaga Parepare tetap harmonis dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.


Membangun Kerukunan dalam Bingkai Kebangsaan: FKUB Parepare dan Kepala Moderasi Beragama IAIN Parepare Sinergikan Gagasan Moderasi
Hamzah Aziz 19 November 2025
Share post ini
Arsip