Skip ke Konten

Manajemen Keuangan Syariah dalam Bingkai Kurikulum Berbasis Cinta

Darwis, S.E.,M.Si (Dosen Prodi Manajemen Keuangan Syariah)
26 Juli 2025 oleh
Manajemen Keuangan Syariah dalam Bingkai Kurikulum Berbasis Cinta
Suhartina

Bicara tentang uang biasanya membawa kita ke dunia angka, rumus, dan kalkulasi untung-rugi. Namun, siapa sangka, di balik semua itu, ada ruang untuk cinta? Bukan cinta dalam arti romantik, melainkan cinta sebagai sikap hidup, yang penuh kasih, tanggung jawab, dan empati. Inilah pendekatan yang ditawarkan saat manajemen keuangan syariah dipadukan dengan semangat Kurikulum Berbasis Cinta (KBC): bahwa uang bukan hanya alat transaksi, tapi juga sarana untuk menebar kebaikan dan keadilan.

Dalam Islam, uang dipandang sebagai amanah. Ia tidak boleh diputar lewat praktik zalim seperti riba, judi, atau spekulasi berlebihan. Namun, lebih dari itu, Islam juga menekankan keadilan, transparansi, dan kolaborasi dalam bermuamalah. Prinsip-prinsip ini membentuk pondasi keuangan syariah: menjaga hak semua pihak, menghindari eksploitasi, dan menumbuhkan keberkahan.

Sementara itu, Kurikulum Berbasis Cinta mengajak kita melihat pendidikan sebagai proses pembentukan karakter utuh, yang tidak hanya mengejar nilai akademik, tetapi juga menumbuhkan empati, integritas, dan kepedulian sosial. Ketika pendekatan ini masuk ke ranah keuangan, maka muncullah cara baru dalam mengelola uang: dengan hati, bukan sekadar logika.

Mari bayangkan pengelolaan keuangan sebagai sebuah perjalanan cinta. Dimulai dari melindungi diri, dengan menyiapkan dana darurat, menabung, dan menjauhi utang berbunga. Lalu berkembang menjadi cinta yang bijak, dengan berinvestasi pada hal-hal halal dan berdampak positif, seperti pendidikan, rumah tangga, dan ibadah. Hingga akhirnya, cinta itu mencapai puncaknya: berbagi. Zakat, infak, sedekah, dan wakaf bukan sekadar kewajiban, melainkan bentuk kasih yang menjangkau banyak orang.

Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan ini bisa sangat membumi. Saat menyusun anggaran, seseorang tak hanya bertanya “seberapa banyak yang bisa saya hemat?”, tapi juga “siapa yang bisa saya bantu?”. Saat berinvestasi, ia tak hanya memikirkan imbal hasil, tapi juga keberkahan. Uang menjadi alat, bukan tujuan. Cinta menjadi kompasnya.

Jadi, mengelola keuangan dengan cara ini bukan hanya soal jadi ahli hitung, tapi juga jadi pribadi yang bijak dan peduli. Di situlah letak keindahan manajemen keuangan syariah berbasis cinta: ia mengubah uang dari sekadar alat menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih manusiawi dan bermakna.

Mungkin terdengar idealis. Namun, justru di tengah dunia yang makin materialistik, pendekatan semacam inilah yang perlu terus digaungkan. Agar kita tak hanya cerdas mengatur harta, tapi juga lembut dalam menjaganya. 

Manajemen Keuangan Syariah dalam Bingkai Kurikulum Berbasis Cinta
Suhartina 26 Juli 2025
Share post ini
Arsip