Skip ke Konten

Memaknai Cinta dalam Kelas Bahasa Internasional

Humaeroah (Dosen IAIN Parepare)
30 Juli 2025 oleh
Memaknai Cinta dalam Kelas Bahasa Internasional
Suhartina

Kelas bahasa internasional bukan sekadar ruang untuk mempelajari kosakata dan tata bahasa dari negara lain. Lebih dari itu, kelas ini menjadi tempat di mana nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal diajarkan dan dihidupkan. Salah satu nilai yang paling mendalam sekaligus menyatukan umat manusia adalah cinta. Di sini, cinta tidak diartikan sebagai perasaan romantis semata, melainkan sebagai empati, penghargaan, dan kepedulian lintas budaya.

Setiap bahasa memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan kata “cinta”, dan perbedaan inilah yang menunjukkan bahwa cinta memiliki banyak dimensi. Ia hadir tidak hanya dalam kata, tetapi juga dalam tindakan. Di kelas bahasa internasional, khususnya Bahasa Inggris, cinta tampak dalam semangat belajar, rasa ingin tahu terhadap budaya lain, serta kerja sama yang terjalin di antara mahasiswa. Saat mereka saling membantu memahami materi atau memperbaiki pengucapan, sesungguhnya mereka sedang mempraktikkan bentuk cinta yang paling sederhana namun bermakna: kepedulian.

Proses belajar bahasa membawa mahasiswa pada pengalaman yang lebih luas daripada sekadar penguasaan komunikasi. Mereka belajar untuk mendengarkan kisah orang lain, menerima perbedaan pendapat, dan membangun hubungan positif dengan teman dari berbagai latar belakang. Di titik inilah cinta hadir sebagai jembatan yang menyatukan perbedaan dan memperkuat solidaritas.

Dalam dunia yang kerap dilanda konflik, pemahaman akan cinta melalui bahasa menjadi sangat penting. Cinta mengajarkan kita untuk memandang orang lain bukan sebagai “orang asing”, tetapi sebagai sesama manusia yang memiliki rasa, harapan, dan kebutuhan yang sama. Dengan demikian, kelas bahasa internasional berfungsi sebagai ruang kecil yang menanamkan nilai besar: bahwa cinta dapat menjadi dasar komunikasi dan hubungan yang sehat antarbangsa.

Cinta di kelas bahasa internasional bukan hanya sekadar kata. Ia hadir dalam semangat belajar, sikap toleransi, dan keinginan tulus untuk terhubung dengan dunia. Lebih jauh, cinta melampaui konsep romantis dan mewujud dalam empati, rasa hormat, kerja sama, dan hasrat untuk memahami keberagaman. Mahasiswa tidak hanya belajar berbicara dalam bahasa lain, tetapi juga belajar mencintai dunia dalam segala keragamannya.

Penerapan kurikulum cinta yang digagas oleh Menteri Agama di kelas bahasa adalah langkah visioner. Kurikulum ini tidak hanya mencetak pelajar yang mahir berbahasa, tetapi juga membentuk generasi global dengan kecerdasan sosial-emosional yang kuat. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu membangun hubungan lintas budaya, menyelesaikan konflik dengan bijak, dan berkontribusi menciptakan dunia yang lebih damai.

Sebagai pengajar bahasa, saya meyakini bahwa kelas bahasa internasional adalah lahan subur untuk menanamkan nilai cinta. Dengan mengintegrasikan kurikulum cinta, kita tidak sekadar mengajarkan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi juga mendidik manusia yang peka, peduli, dan penuh kasih. Inilah investasi pendidikan yang tidak hanya relevan untuk hari ini, tetapi juga penting untuk masa depan dunia yang semakin terhubung.

Memaknai Cinta dalam Kelas Bahasa Internasional
Suhartina 30 Juli 2025
Share post ini
Arsip