Skip ke Konten

Menciptakan Lingkungan Belajar Penuh Cinta: Aplikasi Kurikulum PAUD yang Inklusif

Novita Ashari (Ketua Prodi PIAUD IAIN Parepare)
27 Juli 2025 oleh
Menciptakan Lingkungan Belajar Penuh Cinta: Aplikasi Kurikulum PAUD yang Inklusif
Suhartina

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan sekadar tempat menitipkan anak atau bahkan ajang melatih calistung (membaca, tulis , hitung). Lebih dari itu, PAUD merupakan basis penting bagi perkembangan holistik anak yang mencakup aspek kognitif, bahasa, motorik, sosial, emosional, dan spiritual. Di tengah beragam tantangan dan kepelikan perkembangan zaman, peran cinta menjadi semakin esensial dalam membentuk karakter dan kepribadian anak sejak dini. Menerapkan kurikulum PAUD yang penuh cinta dan inklusif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif, aman, serta mendukung perkembangan anak secara optimal dan berkesinambungan.


Mengapa Lingkungan Penuh Cinta itu penting di PAUD? Cinta, dalam konteks pendidikan adalah tentang menerima dengan sepenuh hati, berempati, dan penghargaan terhadap setiap karakteristik anak yang berbeda-beda. Ketika anak merasa dicintai dan diterima, mereka akan: 1) Merasa aman: Cinta yang tulus akan memberikan rasa aman sehingga anak berani mengeksplorasi, bereksperimen, dan belajar dari kesalahan; 2) Mengembangkan kepercayaan diri: Pemberian reward sederhana seperti pujian dan dukungan akan memberikan pengakuan atas usaha mereka sehingga menumbuhkan keyakinan akan kemampuan dirinya; 3) Berempati: Anak adalah peniru ulung, memiliki lingkungan yang hangat dan penih kasih sayang mampu meningkatkan kecerdasan interpersonalnya; 4) Menambah motivasinya untuk belajar: Anak yang bergembira dan merasa berharga  cenderung lebih antusias dalam belajar; 5) Mengurangi sikap yang buruk: Anak yang kebutuhan kasih dayang serta emosinya tercukupi, cenderung tidak menunjukkan perilaku agresif.


Menciptakan lingkungan belajar yang penuh cinta dan inklusif memerlukan pendekatan yang integrative dengan melibatkan guru, orang tua, dan seluruh elemen di sekolah. Penerapannya bisa dimulai dengan Child-Centered Learning. Pembelajaran ini terkesan kuno namun di Lembaga PAUD pembelajaran ini sangat penting. Anak memiliki berbagai karakteristik dan keunikannya masing-masing, sehingga guru harus mampu menciptakan urikulum harus untuk memenuhi kebutuhan, minat, dan tahapan perkembangan unik setiap anak, seperti kebebasan berekspresi, jeli dalam mengamati dan menyesuaikan pendekatan, serta mendorong partisipasi aktif.


Selanjutnya adalah mengembangkan kecerdasan emosional dan sosial. Pendidikan yang dilandaskan dengan cinta tidak lepas dari kecerdasan aspek sosial emosional anak. Yang bisa dilakukan oleh guru adalah mengajarkan anak mengenali emosinya, belajar berempati, mengajarkan anak keterampilan sosial, serta problem solving. Kemitraan Sekolah, Orang Tua dan Komunitas merupakan salah satu faktor pendukung. Cinta yang diberikan orang tua di rumah harus berlajut dan dirasakan di sekolah serta komunitas. Program kemitraan tersebut bisa dilakukan dengan berbagai program, misalnya membuat seminar parenting, lokakarya, cooking class, melibatkan tokoh atau pakar untuk berbagi wawasan. Program tersebut bisa dijadikan sebagai topik pembicaraan untuk sekolah, orang tua, dan komunitas.


Menciptakan lingkungan belajar yang penuh cinta dan inklusif bukanlah tugas yang mudah, namun merupakan investasi jangka panjang yang tak ternilai bagi generasi emas masa depan Indonesia. Dengan cinta sebagai fondasi dalam kurikulum PAUD, kita tidak hanya mendidik anak yang cerdas, tetapi juga anak yang memiliki hati nurani, empati, dan siap menjadi sumber perubahan positif di masyarakat.


Menciptakan Lingkungan Belajar Penuh Cinta: Aplikasi Kurikulum PAUD yang Inklusif
Suhartina 27 Juli 2025
Share post ini
Arsip