Skip ke Konten

Optimalisasi AI dan YouTube dalam Kurikulum Berbasis Cinta: Menuju Pendidikan Tinggi yang Humanis

Ade Hastuty (Dosen Bidang Ilmu Teknologi Informasi)
26 Juli 2025 oleh
Optimalisasi AI dan YouTube dalam Kurikulum Berbasis Cinta: Menuju Pendidikan Tinggi yang Humanis
Admin

Di ruang-ruang kelas hari ini, mahasiswa lebih sering menatap layar daripada wajah dosennya. Mereka mengandalkan aplikasi kecerdasan buatan (AI) untuk menyusun tugas, dan menjadikan YouTube sebagai rujukan utama belajar. Kita tak bisa menghindari kenyataan ini. Namun, di tengah derasnya kemajuan teknologi, sebuah pertanyaan penting muncul: masih adakah ruang bagi cinta dalam pendidikan kita?

Cinta di sini bukan romantika, tapi cara pandang. Tahun 2025, Kementerian Agama meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang menjadikan cinta—kepada Tuhan, sesama, alam, dan diri sendiri, sebagai jantung pendidikan. Walau dirancang untuk madrasah, nilai-nilai ini sangat mungkin dan perlu diadaptasi di perguruan tinggi. Terutama ketika mahasiswa mulai kehilangan makna proses belajar karena terpesona oleh kecepatan mesin.

Teknologi: Teman atau Tuan dalam Kelas?

AI dan YouTube memudahkan, tapi juga mencemaskan. Studi Johnson & Davies (2023) menunjukkan bahwa ketergantungan pada AI berisiko menumpulkan daya pikir kritis. YouTube, menurut Smith & Patel (2024), kerap memberi ilusi pemahaman melalui video menarik tapi miskin validitas akademik.

Mahasiswa menjadi cepat, tetapi tidak selalu dalam. Mereka tahu apa, tapi jarang bertanya mengapa. Di sinilah pendidikan kehilangan jiwanya. Ketika efisiensi lebih diutamakan ketimbang empati, dan hasil mengalahkan proses, maka cinta, sebagai nilai utama pembentukan manusia, perlu dihadirkan kembali ke kelas.

Membingkai Teknologi dengan Nilai Cinta

KBC bukan tentang menolak teknologi, melainkan mengarahkan penggunaannya agar tetap manusiawi. Dalam konteks perguruan tinggi, hal ini bisa diwujudkan melalui:

  • AI untuk Refleksi, bukan hanya produksi. Mahasiswa bisa diminta menggunakan AI untuk menelusuri wacana keagamaan atau sosial, lalu membuat refleksi pribadi berbasis nilai cinta.
  • YouTube sebagai Jendela Empati. Bukan hanya video pembelajaran, tetapi juga dokumenter tentang kemanusiaan, lingkungan, dan toleransi bisa digunakan untuk diskusi nilai-nilai Panca Cinta.
  • Etika Digital sebagai Bekal. Mahasiswa perlu diberi pelatihan agar menggunakan teknologi dengan tanggung jawab: memverifikasi informasi, menghindari plagiarisme, dan tetap menghargai proses belajar.

Kurikulum cinta bukan retorika moral, melainkan strategi membangun generasi yang berpikir kritis sekaligus peduli.

Menjaga Manusia di Tengah Mesin

Kita tidak sedang berperang dengan teknologi. Namun, kita harus memastikan bahwa teknologi tidak menggantikan manusia sebagai subjek utama pembelajaran. Dosen tetap perlu hadir sebagai penuntun makna, bukan sekadar pemberi tugas. Mahasiswa perlu belajar merenung, berdiskusi, dan memahami bahwa belajar bukan hanya menguasai informasi, tapi juga membentuk kepribadian.

Dengan mengintegrasikan nilai cinta dalam pemanfaatan AI dan YouTube, pendidikan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang tak hanya kompeten secara intelektual, tapi juga utuh secara emosional dan spiritual. Pendidikan bukan sekadar soal akreditasi dan angka, tapi soal menjadi manusia, sepenuhnya.

Daftar Pustaka
  • · Kementerian Agama Republik Indonesia. (2025). Panduan Kurikulum Berbasis Cinta di Madrasah. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
  • · Dihni, V. A. (2023). Nilai Minus Toleransi Umat dan Keberagaman di Indonesia. Katadata.co.id. https://katadata.co.id/berita/2023/02/23/nilai-minus-toleransi-umat-dan-keberagaman-  di-indonesia
  • · Johnson, R., & Davies, L. (2023). The Impact of AI on Critical Thinking in Higher Education. Journal of Educational Technology, 45(3), 112-125.
  • · Jones, F. (2017). Multicultural Indonesia in Geographical and Cultural Perspectives. The International Journal of Cultural Studies.
  • Smith, A., & Patel, R. (2024). Navigating YouTube as an Educational Resource: Opportunities and Challenges. Educational Media International, 61(2), 89-104.

Optimalisasi AI dan YouTube dalam Kurikulum Berbasis Cinta: Menuju Pendidikan Tinggi yang Humanis
Admin 26 Juli 2025
Share post ini
Arsip