Di tengah arus globalisasi yang tak terbendung, kemampuan berbahasa Inggris menjadi krusial. Namun, ada kekhawatiran yang kerap muncul di lembaga pendidikan agama: apakah penguasaan bahasa asing akan mengikis identitas keislaman dan kearifan lokal mahasiswa? Pertanyaan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah tantangan nyata yang harus dijawab oleh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) agar lulusannya tidak hanya cakap berbahasa, tetapi juga kokoh berkarakter.
Dalam riset berjudul "Analisis Perspektif Psikolinguistik Dosen pada Pengintegrasian Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Islam" yang dilakukan oleh Dr. Zulfah, M.Pd., Kalsum, M.Pd., dan Karmila Jamal dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, ditemukan bahwa kekhawatiran tersebut justru dapat diatasi. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana pandangan dosen Bahasa Inggris di PTKI terhadap pengintegrasian nilai-nilai Islam dan budaya lokal dalam pengajaran bahasa Inggris, khususnya dari kacamata psikolinguistik. Fokus utama riset ini adalah menelaah bagaimana integrasi nilai-nilai tersebut membentuk pengetahuan dan keterampilan berbahasa, serta bagaimana ia berkontribusi dalam membangun dan mempertahankan sikap belajar positif mahasiswa.
Mengurai Keterkaitan Bahasa dan Identitas
Pembelajaran bahasa asing seringkali dihadapkan pada dilema: apakah ia harus steril dari konteks budaya dan nilai-nilai lokal, atau justru harus berakar kuat pada identitas peserta didik? Tim peneliti menyoroti bahwa di PTKI, integrasi nilai Islam dan budaya lokal dalam pengajaran Bahasa Inggris bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah strategi penting. Mereka berargumen bahwa pendekatan psikolinguistik dapat membantu memahami bagaimana proses mental, memori, dan motivasi mahasiswa dapat dioptimalkan. Ini berarti, pembelajaran bahasa bisa menjadi lebih bermakna, kontekstual, dan relevan secara spiritual serta budaya, bukan sekadar transfer informasi linguistik.
Penelitian ini mengadopsi pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggali data secara mendalam. Wawancara intensif dilakukan dengan para dosen Bahasa Inggris dari empat PTKI terkemuka di Sulawesi Selatan, meliputi IAIN Parepare, IAIN Bone, IAIN Palopo, dan UIN Alauddin Makassar. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive sampling) untuk mendapatkan perspektif yang kaya dan relevan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis melalui serangkaian tahapan, mulai dari transkripsi, koding, kategorisasi tematik, hingga interpretasi psikolinguistik yang cermat, sebelum akhirnya ditarik kesimpulan komprehensif.
Memori dan Motivasi dalam Belajar Bahasa
Salah satu temuan krusial riset ini adalah bahwa mahasiswa menunjukkan kemudahan yang signifikan dalam memahami dan memproduksi bahasa Inggris ketika materi pembelajaran disajikan dengan konteks nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Ini mengindikasikan bahwa otak manusia, khususnya dalam konteks pemerolehan bahasa, bekerja lebih efisien saat informasi baru dikaitkan dengan skema pengetahuan yang sudah ada dan relevan secara personal. Materi yang sarat makna dan identitas diri tidak hanya mempermudah proses kognitif, tetapi juga membuat pembelajaran terasa lebih 'milik' mahasiswa.
Lebih jauh, penelitian ini mengungkap bahwa materi yang mengandung nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kesopanan Islami mampu menumbuhkan antusiasme belajar yang tinggi. Fenomena ini juga berdampak pada penurunan 'hambatan afektif'—perasaan cemas, malu, atau takut membuat kesalahan yang seringkali menghambat proses belajar bahasa. Ketika mahasiswa merasa terhubung secara emosional dan spiritual dengan materi, mereka cenderung lebih berani berekspresi dan mengambil risiko dalam menggunakan bahasa target. Ini adalah bukti nyata bagaimana aspek non-kognitif, yang dipengaruhi oleh nilai dan budaya, memainkan peran sentral dalam keberhasilan belajar.
Dari sudut pandang psikolinguistik, penelitian ini juga menyoroti dampak positif pada proses belajar. Aktivasi memori kerja—kapasitas mental untuk menyimpan dan memanipulasi informasi dalam jangka pendek—menjadi lebih optimal. Pengalaman personal mahasiswa, yang kaya akan nilai Islam dan budaya lokal, menjadi jembatan yang mempercepat pemahaman dan produksi bahasa. Dengan kata lain, ketika materi pembelajaran 'berbicara' langsung kepada pengalaman dan identitas diri mahasiswa, proses internalisasi bahasa terjadi jauh lebih efektif dan efisien.
Membangun Kurikulum yang Relevan dan Berkarakter
Temuan-temuan ini memiliki implikasi mendalam bagi pengembangan pendidikan bahasa di PTKI. Pembelajaran Bahasa Inggris yang berbasis nilai Islam dan budaya lokal tidak hanya memperkaya aspek linguistik mahasiswa, seperti kosakata dan tata bahasa, tetapi juga secara simultan memperkuat identitas diri, membentuk karakter yang kuat, dan menjaga keseimbangan mental mereka. Ini adalah pendekatan holistik yang melampaui sekadar penguasaan bahasa, menuju pembentukan individu yang utuh.
Untuk itu, PTKI perlu mengambil langkah konkret. Pertama, pengembangan kurikulum integratif berbasis nilai Islam dan budaya lokal adalah sebuah keharusan. Kurikulum ini harus dirancang agar setiap unit pembelajaran Bahasa Inggris secara eksplisit menyisipkan dan mengaitkan materi dengan konteks keislaman dan kearifan lokal. Kedua, pelatihan psikolinguistik bagi para dosen menjadi sangat penting. Dosen perlu dibekali pemahaman mendalam tentang bagaimana pikiran, emosi, dan budaya mahasiswa berinteraksi dengan proses pemerolehan bahasa, sehingga mereka dapat merancang strategi pengajaran yang lebih efektif dan empatik. Ketiga, penyusunan bahan ajar kontekstual yang menanamkan nilai-nilai moral dan budaya adalah langkah strategis. Bahan ajar ini harus relevan dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa PTKI, menggunakan contoh-contoh yang familiar, dan mempromosikan nilai-nilai positif yang sejalan dengan ajaran Islam dan budaya setempat.
Integrasi nilai, pengalaman, dan identitas mahasiswa sebagai pusat dari pengalaman belajar bahasa akan memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya mahir berkomunikasi secara global, tetapi juga tetap teguh pada akar budaya dan spiritual mereka. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan lulusan yang kompeten, berkarakter, dan bangga akan identitasnya.
Identitas Riset
Judul: Analisis Perspektif Psikolinguistik Dosen pada Pengintegrasian Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Islam
Peneliti: Dr. Zulfah, M.Pd., Kalsum, M.Pd., Karmila Jamal
Institusi: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare
Tahun: 2025
Daftar Pustaka / Referensi
Zulfah, Kalsum, & Jamal. (2025). Analisis Perspektif Psikolinguistik Dosen pada Pengintegrasian Nilai Islam dan Budaya Lokal dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Perguruan Tinggi Islam. IAIN Parepare.
