Rumah tangga, unit terkecil dalam struktur sosial, seringkali menjadi cerminan perubahan besar yang terjadi di masyarakat. Di tengah derasnya arus peradaban digital, peran dan dinamika keluarga tidak luput dari transformasi signifikan. Teknologi, yang semula diharapkan membawa kemudahan dan efisiensi, justru menciptakan tantangan baru, terutama terkait kesetaraan gender dalam pembagian tugas domestik. Perempuan, dalam banyak kasus, masih memikul beban ganda yang berat, terjebak antara tuntutan profesional dan tanggung jawab rumah tangga yang tak berkesudahan.
Dalam riset berjudul “Reconstructing Family Household Duties Based on Equality in Facing the Digital Technology Era” yang dilakukan oleh Ahdar, Musyarif, Ayunytyah Eka Wardani, dan Moh. Zulkarnaen, sebuah analisis mendalam dilakukan terhadap permasalahan rumah tangga di tengah kemajuan teknologi digital. Riset ini menyoroti bagaimana digitalisasi memengaruhi pola komunikasi, distribusi tugas domestik, dan keseimbangan peran dalam keluarga. Mereka menemukan bahwa meskipun teknologi menawarkan otomatisasi dan manajemen waktu berbasis aplikasi yang memudahkan, ketidaksetaraan gender masih menjadi isu krusial.
Transformasi Rumah Tangga di Era Digital
Teknologi digital telah menyusup ke berbagai aspek kehidupan manusia, menjadikannya sebuah keniscayaan. Dari mengelola keuangan hingga pendidikan anak, fasilitas digital dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan secara efektif dan efisien. Namun, dampak teknologi ini jauh melampaui sekadar efisiensi. Ia membentuk budaya baru dalam komunikasi, interaksi sosial, dan sosialisasi, menciptakan “ruang imajiner” yang kini menjadi platform eksistensi baru bagi manusia.
Pergeseran ini membawa dampak positif yang tak terbantahkan. Perempuan, misalnya, kini memiliki akses lebih luas ke ruang sosial yang inklusif, mempromosikan perspektif toleran, moderasi, kesetaraan sosial, dan keterlibatan komunitas yang positif. Platform digital memungkinkan perempuan mengakses berbagai bentuk edukasi sosial, meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai humanis, dan pada akhirnya, memberdayakan mereka untuk mengekspresikan kemampuan serta potensi penuhnya. Prioritas kini bergeser dari gender menuju keterampilan, membebaskan perempuan dari batasan peran publik yang selama ini melekat.
Namun, sisi gelap teknologi juga muncul. Ia dapat menjadi medium eksploitasi, kekerasan, komodifikasi, dan seksualisasi perempuan. Dilema kultural ini menyoroti kurangnya mekanisme regulasi yang memadai untuk melindungi perempuan di era digital. Selain itu, keterlibatan perempuan yang berlebihan dalam peran publik atau profesional seringkali mengarah pada pengabaian tanggung jawab domestik dan keluarga. Kompleksitas kehidupan keluarga modern semakin meningkat seiring dengan evolusi teknologi digital, menciptakan gaya hidup yang sangat bergantung pada produk-produk teknologi berbasis jaringan. Akibatnya, ego pribadi anggota keluarga dapat menguat, mengikis kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan interaksi emosional.
Bayang-bayang Beban Ganda Perempuan
Peran tradisional yang membebankan tugas rumah tangga sepenuhnya pada perempuan masih sangat dominan, meskipun ada tanda-tanda pergeseran menuju kesetaraan gender. Riset ini menegaskan bahwa ketidakadilan gender ini berdampak negatif pada kesejahteraan psikososial keluarga dan efektivitas pengasuhan anak di lingkungan yang semakin terdigitalisasi. Perempuan kerap menghadapi “beban ganda” karena harus mengelola tanggung jawab rumah tangga sekaligus profesional secara bersamaan.
Studi ini menemukan bahwa rekonstruksi berbasis kesetaraan dapat meningkatkan keterlibatan pria dalam tugas-tugas domestik hingga 40%, mengurangi beban perempuan, dan memperkuat harmoni keluarga. Ini bukan sekadar angka, melainkan indikator perubahan mendasar dalam dinamika keluarga. Ketika peran dibagi secara adil, setiap anggota keluarga merasa dihargai dan memiliki kontribusi yang berarti, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hubungan dan kesejahteraan emosional bersama.
Membangun Kesetaraan dengan Integrasi Nilai dan Teknologi
Penelitian ini menawarkan model integratif yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan pemanfaatan teknologi digital untuk menciptakan sistem keluarga yang lebih inklusif, adaptif, dan setara. Model ini berpusat pada manajemen keluarga yang didasarkan pada kesetaraan dan kemitraan, di mana ayah dan ibu bekerja sama sebagai mitra. Landasan kuat diperlukan dalam pendidikan anak-anak yang beradab sebelum mereka bersosialisasi di lingkungan sosial yang lebih luas.
Teknologi digital, dalam konteks ini, dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembagian tugas yang efisien. Aplikasi perencanaan keluarga, perangkat rumah tangga pintar, dan platform edukasi digital dapat membantu mengorganisir jadwal kerja, pendidikan anak, dan tanggung jawab rumah tangga. Pendidikan berbasis digital juga dapat memperdalam pemahaman tentang pentingnya kesetaraan gender dalam keluarga, mendorong perubahan pola pikir dan perilaku yang lebih adil.
Rekonstruksi tugas rumah tangga berbasis kesetaraan menuntut perubahan struktural dan kultural yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Kolaborasi antara suami dan istri menjadi kunci dalam menciptakan pembagian tugas yang adil dan merata. Suami diharapkan lebih aktif dalam tugas-tugas domestik, sehingga beban tidak hanya terpikul di pundak istri. Pendekatan ini harus didukung oleh nilai-nilai humanistik yang menekankan keadilan, kebersamaan, dan rasa hormat terhadap peran masing-masing.
Dampak Positif dan Tantangan ke Depan
Keluarga yang mengadopsi prinsip kesetaraan dalam pembagian tugas rumah tangga tidak hanya mampu beradaptasi dengan perubahan sosial akibat kemajuan teknologi, tetapi juga menjadi fondasi yang kuat dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan beradab. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai luhur dan teknologi secara bijaksana, keluarga dapat mencapai harmoni yang lebih baik, meningkatkan fungsi pengasuhan anak, dan mengurangi risiko konflik yang sering muncul akibat ketidakseimbangan peran.
Untuk mewujudkan rekonstruksi ini secara luas, diperlukan dukungan kebijakan yang konkret, sosialisasi yang masif tentang pentingnya kesetaraan gender di era digital, dan pengembangan aplikasi atau perangkat yang benar-benar mendukung kolaborasi keluarga, bukan hanya otomatisasi tugas. Pendidikan sejak dini mengenai nilai-nilai kemitraan dan tanggung jawab bersama di rumah tangga juga menjadi esensial. Dengan demikian, kita dapat menciptakan keluarga yang tangguh, harmonis, dan adaptif di tengah kompleksitas peradaban digital.
Identitas Riset
Judul: Reconstructing Family Household Duties Based on Equality in Facing the Digital Technology Era
Peneliti: Ahdar, Musyarif, Ayunytyah Eka Wardani, Moh. Zulkarnaen
Institusi: IAIN Parepare
Tahun: 2025
Daftar Pustaka / Referensi
Ahdar, Musyarif, Ayunytyah Eka Wardani, Moh. Zulkarnaen. (2025). Reconstructing Family Household Duties Based on Equality in Facing the Digital Technology Era. IAIN Parepare.
