Editor: Muhammad Haramain
Sumber: Aminah Azis et al., “The Authority of Khalwatiyah Tariqa of Sheikh Yusuf Al-Makassary on Fostering Religious Moderation in South Sulawesi,” International Journal of Islamic Thought 25 (June 2024): 15, https://doi.org/10.24035/ijit.25.2024.282.
Pendahuluan
Dalam sejarah Islam, tasawuf telah lama dikenal sebagai pendekatan yang menekankan kedalaman spiritual sekaligus keseimbangan dalam kehidupan sosial. Islam dalam konsep Wasatiyyah atau jalan tengah mengajarkan keadilan, toleransi, dan keterbukaan (Purwanto et al., 2019). Studi menunjukkan bahwa pemahaman yang sempit terhadap agama sering kali menjadi penyebab munculnya ekstremisme (Rahman et al., 2018). Data dari Setara Institute mencatat bahwa antara tahun 2014 hingga 2019 terjadi 655 kasus pelanggaran hukum atas nama agama (Qomaruzzaman & Busro, 2019). Hal ini menegaskan bahwa moderasi beragama masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
Di sisi lain, tarekat sufi seperti Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassary (KSYA) membuktikan bahwa ajaran agama dapat menjadi solusi atas ketegangan sosial. Dengan konsep pengajaran yang menekankan nilai-nilai inklusivitas dan humanisme, Tarekat KSYA mampu memberikan alternatif pemahaman keagamaan yang tidak kaku. Dengan empat pilar utama: komitmen kebangsaan, toleransi, non-kekerasan, serta akomodasi budaya lokal, tarekat ini menunjukkan bahwa Islam dapat hadir dengan wajah yang damai dan bersahabat.
Di tengah meningkatnya ketegangan sosial akibat perbedaan pandangan keagamaan, ajaran tasawuf menawarkan solusi moderasi beragama yang dapat meredam radikalisme. Tarekat KSYA yang saat ini dipimpin oleh Mursyid-nya, Sayyid Abdurrahim Assegaf Puang Makka, merupakan salah satu tarekat yang aktif membangun nilai-nilai moderasi dalam praktik sosial keagamaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif yang melibatkan wawancara dengan para pemimpin dan anggota Tarekat KSYA, observasi lapangan, serta analisis terhadap literatur yang relevan. Fokus utama penelitian adalah bagaimana ajaran Tarekat KSYA diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menumbuhkan sikap moderat di tengah masyarakat. Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan konsep otoritas keagamaan dan moderasi beragama sebagai kerangka teoritis.
Menemukan Moderasi dalam Ajaran Tarekat KSYA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tarekat KSYA mengajarkan pemahaman agama yang mengakomodasi perbedaan sosial dan budaya. Dalam ajaran tarekat ini, moderasi bukan sekadar konsep teoretis, tetapi diwujudkan dalam berbagai praktik sosial. Beberapa temuan utama penelitian ini meliputi:
- Moderasi dalam Relasi Sosial
Tarekat KSYA menanamkan nilai-nilai penghormatan terhadap keberagaman. Para pengikut tarekat ini diajarkan untuk tidak bersikap eksklusif, melainkan terbuka terhadap komunitas lain. Bahkan dalam beberapa acara keagamaan, tarekat ini mengundang masyarakat dari berbagai latar belakang untuk berpartisipasi dalam kegiatan spiritual bersama. - Tasawuf Sebagai Alat Penguatan Nasionalisme
Cinta tanah air dalam perspektif tasawuf diwujudkan dalam bentuk partisipasi aktif dalam kegiatan kebangsaan. Dalam berbagai kesempatan, Tarekat KSYA menegaskan bahwa hubb al-wathan min al-iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Sikap ini sejalan dengan ajaran Islam yang menempatkan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas utama. - Penolakan terhadap Kekerasan
Berbeda dengan kelompok-kelompok yang menggunakan agama sebagai alat justifikasi tindakan ekstrem, Tarekat KSYA secara tegas menolak kekerasan dalam bentuk apa pun. Dalam berbagai pengajian dan pertemuan tarekat, para mursyid selalu menekankan pentingnya kasih sayang, sabar, dan menghindari konflik yang dapat merusak tatanan sosial. - Akomodasi Budaya Lokal dalam Keislaman
Tarekat ini tidak menolak budaya lokal, tetapi justru mengintegrasikannya ke dalam ajaran agama. Beberapa ritual seperti peringatan haul dan maulid Nabi dijadikan sebagai momen untuk mempererat persaudaraan antarwarga, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang kepercayaan yang berbeda.
Membangun Kesadaran Moderasi Beragama
Penelitian ini menegaskan bahwa ajaran tasawuf memiliki potensi besar dalam membangun masyarakat yang moderat dan toleran. Melalui pendekatan spiritual, Tarekat KSYA tidak hanya membentuk individu yang lebih dekat dengan Tuhan, tetapi juga menciptakan hubungan sosial yang harmonis. Dalam konteks yang lebih luas, pendekatan ini dapat menjadi model bagi komunitas Muslim lainnya dalam menghadapi tantangan global seperti ekstremisme dan radikalisme.
Ajaran tasawuf juga mampu meredam ketegangan antarumat beragama. Sikap keterbukaan yang diajarkan dalam tarekat sufi ini membuat para pengikutnya lebih mudah beradaptasi dengan perubahan sosial tanpa kehilangan identitas keislaman mereka. Oleh karena itu, memperkuat peran tarekat sufi dalam kehidupan keagamaan Indonesia bisa menjadi langkah strategis dalam meneguhkan moderasi beragama di tengah masyarakat yang semakin beragam.
Dari temuan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Khalwatiyah Tariqa Syekh Yusuf Al-Makassary memainkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama di masyarakat Sulawesi Selatan. Dengan mengusung empat pilar utama—komitmen kebangsaan, toleransi, non-kekerasan, dan akomodasi budaya lokal—tarekat ini menjadi model praktik keberislaman yang damai dan inklusif.
Masyarakat luas dapat belajar dari praktik yang diterapkan Tarekat KSYA dalam membangun keharmonisan sosial. Salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan adalah memperkuat edukasi tentang tasawuf dan moderasi beragama di lembaga pendidikan Islam. Dengan menanamkan nilai-nilai ini sejak dini, generasi muda akan lebih siap menghadapi dinamika sosial keagamaan dengan sikap yang lebih inklusif dan toleran.