Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 pada 17 Agustus 2025 memang telah usai. Namun, semangat kemerdekaan tidak boleh berhenti pada seremoni tahunan. Justru setelah perayaan itu, kita perlu kembali merefleksikan perjalanan bangsa dalam menjaga kemerdekaan pers dan menyiapkan generasi jurnalistik yang tangguh di era digital.
Di Kota Parepare, Program Studi Jurnalistik Islam (JI), Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Parepare tampil sebagai lokomotif perubahan. Lulusan yang dihasilkan bukan sekadar piawai menulis berita, mengambil gambar, atau mengedit video, melainkan juga membawa misi dakwah, berintegritas, dan siap bersaing di tengah arus digital yang serba cepat.
Lapangan kerja di bidang jurnalistik dan komunikasi kini terbuka luas. Media online terus tumbuh, industri kreatif berkembang, dan lembaga humas semakin membutuhkan sumber daya manusia yang komunikatif. Siapa yang menguasai informasi, sesungguhnya sedang memegang kunci atas banyak peluang.
Potensi dan Keunggulan Lokal
Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare memiliki keunggulan khas: memadukan kurikulum jurnalistik modern dengan nilai-nilai keislaman. Hasilnya nyata. Sebanyak 36 artikel mahasiswa berhasil terbit di jurnal nasional terindeks SINTA (Planet Merdeka, 2025). Sejak menerapkan kurikulum Outcome-Based Education (OBE) pada 2022, karya mahasiswa semakin kompetitif dan diakui secara nasional. Bahkan, sejumlah alumni telah berkarya di media massa terverifikasi Dewan Pers.
Fakta ini selaras dengan data Dewan Pers: hingga Agustus 2025, ada 872 media online yang sudah terverifikasi faktual. Angka tersebut adalah peluang emas bagi lulusan untuk membangun media yang kredibel, taat kode etik, sekaligus terlindungi oleh UU Pers.
Saya sendiri, berbekal pengalaman hampir tiga dekade di media cetak, televisi nasional, dan sebagai direktur media online, merasakan betul bahwa keterampilan menulis, investigasi, dan membangun jaringan adalah modal utama yang membuka banyak pintu karier—mulai dari jurnalis, dosen, humas, wirausaha, hingga penyelenggara pemilu.
Futurolog Alvin Toffler pernah mengingatkan: siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia. Bila berada di tangan orang berintegritas, informasi menjadi cahaya peradaban. Namun, bila jatuh ke tangan yang salah, informasi bisa berubah menjadi senjata berbahaya yang merusak tatanan sosial.
Kemerdekaan Pers di Era Digital
Fenomena itu nyata di era digital. Disinformasi dan hoaks dengan mudah menyebar melalui media sosial. Pemilik teknologi mampu mengatur arus berita, membentuk opini publik, bahkan mengarahkan persepsi masyarakat secara sistematis. Alih-alih menjadi sarana pemerataan pengetahuan, akses teknologi tanpa sikap kritis justru menjerumuskan publik ke dalam “hutan rimba” informasi. Maka, literasi digital adalah kunci agar masyarakat mampu memilah, memahami, dan memanfaatkan informasi secara tepat.
Meski UU Pers No. 40 Tahun 1999 menjamin kebebasan pers, realitasnya tidak mudah. Krisis iklan dan dominasi platform media sosial menjadi ancaman serius. Sejak 2023, banyak media di Indonesia gulung tikar atau melakukan PHK massal (Kompas, 2023). Media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, hingga YouTube kini menjadi pesaing berat media konvensional. Tanpa inovasi, media berisiko ditinggalkan audiens.
Karena itu, lahirnya model bisnis baru sangat penting: kolaborasi dengan kampus, pelatihan jurnalistik, monetisasi konten, hingga pemanfaatan analitik data dan kecerdasan buatan (AI). Menurut Pratama (2024), AI bahkan dapat membantu media memperkuat keterikatan audiens sekaligus membuka sumber pendapatan baru.
Harapan ke Depan
Tema HUT RI ke-80, “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju,” tetap relevan meski perayaan telah lewat. Ia mengingatkan bahwa kemerdekaan pers yang sehat dan mandiri adalah bagian penting dari cita-cita bangsa. Dalam konteks itu, Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare memiliki potensi besar menjadi pusat lahirnya jurnalis sekaligus wirausaha media.
Lulusan dapat membangun startup media berbasis komunitas, mengembangkan platform digital Islami, atau menggarap isu-isu lokal yang sering luput dari perhatian media besar. Bekal literasi digital, keterampilan investigasi, dan keberanian melawan disinformasi adalah senjata utama generasi muda jurnalistik agar tetap relevan sekaligus berdaya saing global.
Simpulan
Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare adalah ladang subur bagi lahirnya jurnalis merdeka: kreatif, kritis, dan adaptif menghadapi arus digitalisasi. Tantangan pers yang kompleks—mulai dari krisis finansial hingga banjir informasi—bisa dijawab dengan inovasi, kolaborasi, dan keberanian mencoba model bisnis baru.
Kemerdekaan pers bukan hanya kebebasan menulis, melainkan juga kemandirian dalam menjaga eksistensi media. Seperti pesan Nelson Mandela: “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” Pendidikan memang senjata paling ampuh untuk mengubah dunia—dan itulah ruh yang diusung Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare dalam mencetak generasi tangguh di era digital.