Skip ke Konten

Kurikulum Berbasis Cinta; Jalan Anak Muda Terlibat dan Memaknai SDGs

Selvy Anggriani Syarif (Dosen Pengembangan Masyarakat Islam, SDG Certifiead Leader)
28 Juli 2025 oleh
Kurikulum Berbasis Cinta; Jalan Anak Muda Terlibat dan Memaknai SDGs
Suhartina

Memasuki decade of action menuju pencapaian SDGs di tahun 2030, seluruh pihak perlu bergerak cepat untuk terus berbenah dan mengejar segala ketertinggalan. Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) tidak bisa hanya mengandalkan intervensi top down saja, melainkan setiap pihak dari setiap lini perlu melibatkan diri. SDGs menjadikan 5P (People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership) sebagai sasaran utamanya yang dihadirkan ke dalam 17 tujuan dengan 247 indikator. Masing-masing tujuan tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki benang merah satu sama lain.

Anak muda sebagai salah satu kelompok penting dalam masyarakat Indonesia hari ini karena jumlahnya yang jauh lebih banyak dari kelompok usia lainnya. Dari data sensus penduduk Indonesia tahun 2020, generasi Z sebanyak 27,94% dari total penduduk Indonesia, sedangkan generasi Alpha sebanyak 10,88%. Akumulasi dari dua generasi ini menunjukkan potensi anak muda dari aspek kuantitas di Indonesia sangatlah besar sebagai modal utama dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dalam aspek sosial (Andriana dan Yustini, 2021)

Jika kita membincang mengenai karakteristik khas dari kedua generasi ini juga menunjukkan potensi yang sangat luar biasa. Generasi Z yang lahir dan tumbuh besar di era digital membuat mereka begitu familiar dengan penggunaan intenet, media sosial dan perangkat digital. Generasi Alpha yang lahir di tengah pesatnya perkembangan teknologi termasuk penggunaan kecerdasan buatan dan perangkat pintar lainnya menjadikan generasi ini sudah melek teknologi sejak dini dan sudah terbiasa mendapatkan informasi dengan mudah dari akses internet. Kapasitas yang disebutkan di atas sangat dibutuhkan untuk membantu percepatan pencapaian ketujuhbelas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.  

Anak muda memiliki energi, semangat, dan daya kreasi yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan. The Sustainable Development Goals Report 2022 dari PBB mencatat bahwa berbagai persoalan global menghambat pencapaian tujuan tersebut. Dampak jangka panjang pandemi Covid-19 masih dirasakan, perubahan iklim kian ekstrem, dan kerusakan lingkungan di berbagai wilayah mengganggu mata pencaharian masyarakat. Di sisi lain, konflik antarnegara juga memperburuk situasi dengan mengancam ketahanan pangan secara global. Belum lagi jika kita menilik kembali pendudukan Israel atas Palestina yang sangat memengaruhi situasi politik dan ekonomi dunia secara luas. Kondisi-kondisi ini berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan gizi anak, menurunnya perlindungan terhadap lingkungan, dan menghambat terciptanya perdamaian dan keamanan dunia yang mau tidak mau akan berdampak pada pencapaian SDGs secara keseluruhan.

Konteks tantangan pencapaian SDGs secara empiris memiliki kesamaan dengan latar belakang hadirnya Kurikulum Berbasis Cinta yang diinisiasi oleh Kementerian Agama. Kurikulum Berbasis Cinta berorientasi pada bentuk kecintaan kepada pencipta, kecintaan pada sesama umat manusia, kecintaan terhadap lingkungan, dan kecintaan terhadap bangsa. Hal ini sejalan dengan SDGs yang menjadikan 5P (People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership) sebagai sasaran utamanya kemudian termuat ke dalam 17 tujuan dan 247 indikator.

Upaya menjadikan kurikulum cinta terintegrasi dalam seluruh aspek pembelajaran di setiap tingkat pendidikan menjadi langkah serupa untuk menjadikan SDGs sebagai bagian dari ruh aktivitas kita sebagai individu yang hidup bersama masyarakat lainnya di tengah lingkungan.

Prof. Dr. Nasaruddin Umar (Menteri Agama) beberapa waktu lalu pada kuliah umum yang dilaksanakan di IAIN Parepare menyampaikan kurikulum cinta hadir memiliki makna global untuk mencetak manusia modern yang diharapkan mampu menghadapi masa depan dengan menghargai waktu dan mengelola diri secara efektif. Pemaknaan ini beririsan dengan 3 prinsip dasar SDGs, yaitu universal, intergratif, dan inklusif untuk memastikan seluruh pihak di setiap belahan dunia dapat bersama-masa terlibat dan memberikan manfaat dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Anak muda di setiap jenjang pendidikan seharusnya memahami urgensi peran mereka dalam pencapaian SDGs melalui penguatan kurikulum berbasis cinta. Kurikulum ini harus diimplementasikan secara komprehensif dan dipahami semua pihak. Peran pemuda tidak cukup sebatas peningkatan kognitif tentang makna cinta, tetapi juga harus diarahkan pada perubahan sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan sesama dan lingkungan.  

Harapannya kurikulum ini tidak hanya menjadi jargon belaka, tetapi setiap stakeholders di dalamnya memahami bentuk dan menjadikannya pondasi dalam berpikir, bertindak, dan bertutur. Anak muda yang penuh ide dan mampu mencari tahu memiliki kemampuan sebagai agen perubahan, maka berikanlah ruang luas bagi anak muda untuk terlibat aktif dalam setiap agenda pembangunan berkelanjutan dan dalam peningkatan kapasitas dirinya di bangku pendidikan. Seyogyanya anak muda tidak lagi menjadi objek pembelajaran—apalagi objek pembangunan, mereka juga bisa menjadi guru dan pemberi manfaat bagi semua.

No one left behind...

 

Kurikulum Berbasis Cinta; Jalan Anak Muda Terlibat dan Memaknai SDGs
Suhartina 28 Juli 2025
Share post ini
Arsip