Skip ke Konten

Meneladani Rasulullah: Maulid Nabi dan Spirit Cinta Kasih dalam Pelayanan Tenaga Kependidikan

Sunandar (Kabag TU.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam)
6 September 2025 oleh
Meneladani Rasulullah: Maulid Nabi dan Spirit Cinta Kasih dalam Pelayanan Tenaga Kependidikan
Suhartina

Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. setiap tahun selalu menjadi momen penting bagi umat Islam. Perayaan ini tidak sekadar mengenang kelahiran seorang tokoh agung, tetapi menjadi saat refleksi untuk meneladani ajaran, akhlak, dan kepemimpinan beliau. Rasulullah bukan hanya nabi dan pemimpin umat, tetapi juga pendidik sejati yang melahirkan generasi terbaik sepanjang sejarah.

Dalam konteks pendidikan modern, keteladanan Nabi sangat relevan, khususnya bagi tenaga kependidikan (tendik)—mulai dari staf administrasi, tata usaha, petugas kebersihan, hingga satpam. Semua memiliki peran penting dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif. Maulid seharusnya menjiwai setiap bentuk pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa, dosen, maupun sesama rekan kerja.

Allah Swt. menegaskan dalam Al-Qur’an (Al-Ahzab: 21):

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Ayat ini mengingatkan bahwa teladan Rasulullah tidak berhenti pada hafalan, melainkan harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia kerja dan pelayanan.

Rasulullah dan Transformasi dengan Cinta Kasih

Rasulullah saw. berhasil mengubah masyarakat Arab dari kegelapan jahiliyah menuju peradaban mulia. Perubahan itu tidak ditempuh melalui kekerasan, tetapi dengan kelembutan, kesabaran, dan cinta kasih. Beliau penuh kasih pada anak-anak, menenangkan sahabat, bahkan berlapang dada terhadap musuh-musuhnya. Kepemimpinan beliau lahir dari kasih sayang, bukan semata-mata kekuasaan.

Spirit cinta kasih Rasulullah sangat relevan untuk tenaga kependidikan. Mereka tidak sekadar menjalankan tugas administratif, tetapi juga bagian dari proses pendidikan karakter. Pelayanan yang ramah, komunikasi yang santun, serta kepedulian terhadap kebutuhan mahasiswa sejatinya menjadi teladan akhlak.

Seorang mahasiswa yang datang ke ruang administrasi, misalnya, tidak hanya membutuhkan tanda tangan atau dokumen, melainkan juga sikap ramah dan penghargaan yang membuatnya merasa dihargai. Sentuhan kemanusiaan seperti ini menciptakan ikatan emosional yang kuat. Mahasiswa belajar bukan hanya dari dosen di kelas, tetapi juga dari teladan tenaga kependidikan dalam interaksi sehari-hari.

Momen Maulid patut menjadi ajakan refleksi:

  • Sudahkah kita meneladani kesabaran Nabi menghadapi mahasiswa dengan beragam karakter?
  • Sudahkah kita melayani dengan senyum tulus?
  • Apakah layanan kita dibingkai dengan keikhlasan, empati, dan semangat ibadah?

Menghidupkan Spirit Maulid dalam Layanan Akademik

Menghidupkan nilai Maulid tidak selalu menuntut program besar. Justru hal-hal sederhana yang dilakukan konsisten bisa membawa perubahan nyata: menyapa mahasiswa dengan hangat, menanyakan kebutuhannya, menegur dengan santun, atau memberi pujian tulus.

Bagi tenaga pendukung lain—seperti petugas kebersihan dan keamanan—ramah dan ikhlas dalam bekerja juga bagian dari keteladanan Rasulullah. Tidak ada peran kecil dalam pendidikan. Setiap tugas, sekecil apa pun, bila dilakukan dengan niat ibadah dan cinta kasih, akan bernilai pahala sekaligus membangun karakter generasi bangsa.


Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Pendidikan sejati bukan hanya transfer ilmu, tetapi pembentukan akhlak. Karena itu, tenaga kependidikan memikul tanggung jawab moral untuk menjadi teladan dalam kejujuran, kesabaran, keadilan, dan kasih sayang.

Jika spirit cinta kasih benar-benar hadir di kampus, suasana akademik akan dipenuhi keceriaan dan ketenangan. Dosen lebih nyaman mengajar, mahasiswa merasa dihargai, dan seluruh civitas academica merasakan pendidikan sebagai proses yang membahagiakan. Budaya menghormati perbedaan, menolong yang lemah, memotivasi yang tertinggal, serta menghargai pencapaian sekecil apa pun akan tumbuh subur.

Maulid sebagai Pemantik Perubahan

Maulid Nabi tidak seharusnya berhenti pada seremoni, melainkan menjadi pemantik perubahan dalam diri dan lingkungan kerja. Spirit cinta kasih Rasulullah harus tercermin dalam cara kita melayani, berinteraksi, dan berkontribusi di dunia pendidikan.

Mari jadikan peringatan Maulid Nabi sebagai titik tolak menghadirkan ruh cinta kasih dalam setiap layanan pendidikan. Dengan cinta kasih, pendidikan akan menjadi lebih manusiawi, bermakna, dan dekat dengan ajaran Rasulullah saw.

 

di dalam Opini
Meneladani Rasulullah: Maulid Nabi dan Spirit Cinta Kasih dalam Pelayanan Tenaga Kependidikan
Suhartina 6 September 2025
Share post ini
Label
Arsip