Skip ke Konten

Menumbuhkembangkan Cinta Rasullullah di Era Digitalisasi Modern

Agung Sutrisno (Dosen Manajemen Dakwah IAIN Parepare)
7 September 2025 oleh
Menumbuhkembangkan Cinta Rasullullah di Era Digitalisasi Modern
Admin

Perkembangan zaman dan sosial telah membawa kita pada suatu era di mana teknologi digital menjadi nadi kehidupan. Dunia yang dahulu memerlukan waktu berminggu-minggu untuk menyampaikan sebaris kabar, kini hanya dengan hitungan detik, informasi dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia. Namun, di balik kemudahan dan kecepatan ini, terjadi pergeseran nilai-nilai sosial. Interaksi manusia yang dahulu dibangun atas dasar pertemuan fisik, percakapan tatap muka, dan ikatan emosional yang mendalam, kini kerap tergantikan oleh likes, shares, dan komentar singkat di layar handphone. Dalam pusaran perubahan ini, nilai-nilai keteladanan, terutama keteladanan spiritual, bisa tenggelam oleh derasnya arus konten yang seringkali hambar makna dan misi.

Tantangan sosial yang dihadapi manusia modern saat ini semakin kompleks. Di satu sisi, dunia terasa sangat terhubung, tetapi di sisi lain, banyak individu yang justru merasakan kesepian dan keterpisahan yang mendalam. Mental health menjadi isu global, sementara hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi merajalela di ruang digital. Manusia modern dibombardir oleh begitu banyak suara, gagasan, dan standar hidup yang seringkali tidak realistis, yang pada akhirnya menciptakan kecemasan dan kekosongan jiwa. Dalam kondisi seperti ini, figur yang dapat memberikan ketenangan, kepastian, dan teladan hidup yang bermartabat menjadi sebuah kebutuhan yang sangat mendesak.

Di sinilah kita dapat menengok kembali kehidupan Rasulullah SAW. Baginda bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga sosok yang ahli dalam membangun peradaban sosial yang agung. Akhlak Rasulullah adalah cerminan dari kesempurnaan iman yang diwujudkan dalam interaksi keseharian. Beliau adalah pribadi yang paling pemurah, paling penyayang kepada anak yatim, orang miskin, dan bahkan kepada musuhnya sekalipun. Kesabaran beliau dalam menghadapi cercaan, kejujuran dalam berdagang, dan kepeduliannya yang tulus terhadap tetangga dan sahabat menjadikan beliau figur yang disegani dan dicintai oleh semua kalangan. Rasulullah mengajarkan bahwa iman yang kuat harus terwujud dalam akhlak mulia kepada sesama manusia, sebuah prinsip yang sangat relevan untuk menyembuhkan luka sosial masyarakat modern.

Lantas, bagaimana cara kita menumbuhkembangkan kecintaan kepada Rasulullah di tengah era digital ini? Dari perspektif agama, kecintaan itu harus dibangun di atas landasan ilmu. Memperdalam sirah Nabawiyah melalui kajian-kajian yang kredibel baik online maupun tatap muka, mendengarkan ceramah dari ulama yang sanad keilmuannya jelas, dan membaca buku-buku tentang kehidupan beliau adalah langkah awal. Kecintaan tanpa ilmu akan mudah goyah. Sementara dari perspektif sosial, meneladani akhlak beliau adalah bukti kecintaan yang paling nyata. Di dunia digital, itu berarti menggunakan media sosial dengan penuh hikmah: menyebarkan konten yang mendamaikan, meluruskan hoaks dengan bijak, berdebat dengan cara yang santun, dan menunjukkan akhlak mulia dalam setiap interaksi. Dengan demikian, kecintaan kita kepada Rasulullah tidak hanya menjadi deklarasi verbal, tetapi menjadi energi positif yang aktif membawa perubahan dan kebermanfaatan bagi masyarakat luas, mengikuti jejak teladan beliau yang abadi.

Tersajinya ilmu bukan untuk dimakan tanpa garam tetapi dinikmati dengan rasa kesyukuran mendalam. Ketika kecintaan kita hanya sebatas kata dan makna, maka menikmatinya sebatas dimulut saja, tapi jika kecintaan ini diawali dengan kata dan diakhiri dengan perbuatan maka sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi sesama. Dengan meneladani Rasulullah, kita dapat menjadikan kecintaan itu bukan sekadar kata, melainkan amal nyata yang membawa manfaat bagi sesama

Menumbuhkembangkan Cinta Rasullullah di Era Digitalisasi Modern
Admin 7 September 2025
Share post ini
Arsip