Skip ke Konten

Menanam Spirit Gurutta di Ruang Kuliah: Inspirasi Keteladanan KH. Abdurrahman Ambo Dalle Bagi Pendidikan Karakter Islami Di Era Artificial Intelligence

Dr. H. Muhammad Saleh, M.Pd (Dosen Pascasarjana IAIN Parepare)
22 Oktober 2025 oleh
Menanam Spirit Gurutta di Ruang Kuliah: Inspirasi Keteladanan KH. Abdurrahman Ambo Dalle Bagi Pendidikan Karakter Islami Di Era Artificial Intelligence
Hamzah Aziz

Hari Santri 2025 menjadi momentum reflektif untuk menakar sejauh mana warisan para Gurutta masih mengalir dalam denyut pendidikan Indonesia modern. Dalam riuh rendah dunia digital yang kian canggih, nilai-nilai luhur dari bilik pesantren seolah menuntut ruang baru di aula universitas. Salah satu figur yang layak dijadikan poros refleksi adalah KH. Abdurrahman Ambo Dalle, ulama karismatik pendiri Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) yang jejak perjuangannya menjelma menjadi gerakan pendidikan Islam lintas pulau—dari pesisir Sulawesi hingga rimba Kalimantan, dari Raudhatul Athfal hingga perguruan tinggi.

Dari Mangkoso ke Nusantara: Jejak Panjang Gerakan Pendidikan DDI

KH. Abdurrahman Ambo Dalle mendirikan Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso pada 21 Desember 1938 di Barru, Sulawesi Selatan cikal bakal berdirinya DDI. Dalam masa-masa sulit pra-kemerdekaan, beliau menegaskan bahwa pendidikan Islam harus menjadi jantung peradaban bangsa, bukan sekadar tempat belajar agama. Dari sinilah, DDI tumbuh menjadi lembaga yang bukan hanya mencetak santri, tetapi juga melahirkan cendekiawan yang berakhlak.

Dalam beberapa dekade, gerakan DDI meluas ke berbagai wilayah Sulawesi (Sulsel, Sulbar, Sulteng, dan Sultra) lalu menyeberang ke Kalimantan. Di sana berdiri pesantren, madrasah, dan sekolah DDI seperti MTs DDI Teluk Tamiang di Kotabaru Kalimantan Selatan dan MTs DDI Biduk-biduk di Berau Kalimantan Timur. Kini, DDI menaungi sekitar 800 lembaga pendidikan dari jenjang Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) hingga 14 perguruan tinggi yang tersebar di Sulawesi dan Kalimantan.

Gerakan ini bukan sekadar ekspansi fisik, tetapi juga ekspansi nilai. Setiap lembaga membawa napas perjuangan Gurutta: ikhlas dalam beramal, lempu’ dalam berilmu, getteng dalam prinsip, warani dalam kebenaran, dan mappasitinaja dalam menjaga kehormatan diri serta lembaga. Nilai-nilai inilah yang menjadikan DDI bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi gerakan moral dan spiritual.

Spirit Gurutta: Pendidikan Sebagai Jalan Menuju Adab

KH. Abdurrahman Ambo Dalle dikenal bukan hanya karena kecendekiaannya, tetapi karena integritas moralnya. Ia menolak komersialisasi pendidikan. Dalam pandangannya, ilmu adalah amanah untuk diamalkan, bukan komoditas untuk diperjualbelikan. Karena itu, pendidikan baginya adalah proses tazkiyah (penyucian jiwa) dan ta’dib (pembentukan adab), bukan sekadar transfer pengetahuan.

Dalam sistem pendidikan DDI, aspek moral ditempatkan sejajar dengan aspek intelektual. Santri dididik untuk menghafal kitab, tetapi juga dibimbing untuk memahami kehidupan. “Ilmu tanpa adab adalah bencana,” demikian pesan beliau yang kini menjadi nasihat abadi bagi dunia pendidikan. Prinsip ini pula yang mestinya diterjemahkan ke ruang universitas masa kini, di mana kecanggihan teknologi harus diimbangi dengan kedalaman moral.

Hari ini, dunia pendidikan memasuki babak baru: era Artificial Intelligence (AI). Mahasiswa dapat menulis skripsi dengan bantuan algoritma, dosen dapat menilai tugas dengan sistem otomatis, dan ruang belajar dapat berpindah dari kelas fisik ke ruang virtual. Namun di balik kemajuan itu, muncul krisis baru: krisis etika dan kehilangan ruh kemanusiaan. Di sinilah spirit Gurutta menemukan relevansinya. KH. Abdurrahman Ambo Dalle menanamkan bahwa ilmu harus mendekatkan manusia kepada Allah, bukan menjauhkan. Semangat ini dapat menjadi fondasi untuk membangun etika digital Islami di kampus-kampus modern. Ada empat nilai kunci Gurutta yang patut diaktualisasikan di era AI:

1. Ikhlas, menjadi dasar etika akademik digital; mahasiswa dan dosen menggunakan teknologi bukan untuk manipulasi, melainkan untuk kemaslahatan.

2. Tawadhu’, menumbuhkan kerendahan hati epistemik di tengah kesombongan data dan algoritma.

3. Disiplin Spiritual, zikir dan refleksi sebagai filter moral di tengah derasnya arus informasi.

4. Kemandirian Intelektual, menjadikan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti nalar kritis.

Jika nilai-nilai ini dihidupkan, universitas modern dapat bertransformasi menjadi “pesantren baru” tempat bertemunya sains dan spiritualitas, teknologi dan akhlak.

Gerakan pendidikan DDI yang menjangkau berbagai jenjang dan wilayah menunjukkan satu hal penting: kesinambungan antara bilik pesantren dan aula kampus bukanlah hal mustahil. DDI berhasil memadukan pola pendidikan tradisional dan modern tanpa kehilangan ruh keislaman. Pesantren menjadi source of value sumber nilai moral dan spiritual sementara universitas menjadi source of innovation sumber pembaruan dan kreativitas. Ketika keduanya berpadu, lahirlah paradigma baru pendidikan Islam: ilmuwan berjiwa santri dan santri berwawasan ilmuwan.

Model pendidikan ini telah diaplikasikan di berbagai perguruan tinggi DDI seperti Institut Agama Islam DDI Polewali Mandar, Sekolah Tinggi Agama Islam DDI Pinrang, dan Universitas DDI Mangkoso Barru. Setiap kampus menghidupkan semangat humanisasi ilmu yakni menjadikan ilmu pengetahuan sarana untuk memuliakan manusia dan menciptakan kemaslahatan.

Pelajaran dari Gurutta: Pendidikan Sebagai Dakwah Peradaban

KH. Abdurrahman Ambo Dalle adalah simbol guru sejati yang memadukan ilmu dan amal, rasionalitas dan spiritualitas. Ia mendirikan lembaga pendidikan bukan untuk membangun popularitas, tetapi untuk membangun peradaban. Ia percaya bahwa bangsa yang berilmu tapi kehilangan adab akan terperosok dalam kehancuran moral. Dalam konteks hari ini, ketika pendidikan tinggi dihadapkan pada godaan pragmatisme dan persaingan global, spirit Gurutta dapat menjadi inspirasi gerakan moral baru: Pendidikan Sebagai Dakwah Peradaban. Artinya, setiap ruang kuliah harus menjadi medan zikir intelektual, setiap dosen menjadi dai ilmu, dan setiap mahasiswa menjadi penyeru kebaikan melalui kompetensi dan karakter.

Gerakan DDI yang kini telah mengakar di dua pulau besar (Sulawesi dan Kalimantan) memperlihatkan bahwa dakwah pendidikan tidak harus retoris, tetapi harus sistemik. Dari Raudhatul Athfal hingga perguruan tinggi, jaringan DDI menjadi bukti konkret bahwa nilai-nilai pesantren dapat hidup berdampingan dengan dunia akademik modern tanpa kehilangan substansi spiritualnya.

Dalam pusaran globalisasi dan revolusi digital, banyak institusi pendidikan kehilangan arah karena lebih terpukau pada capaian material daripada misi moral. Di sinilah pesan Gurutta Ambo Dalle menjadi lentera: pendidikan bukan sekadar mencerdaskan otak, tetapi memuliakan hati. Spirit ini harus diterjemahkan ke dalam kebijakan universitas melalui:

1. Kurikulum berbasis karakter Islami.

2. Integrasi AI ethics dalam pembelajaran berbasis teknologi.

3. Penguatan budaya akademik yang berakar pada keikhlasan dan adab.

4. Kolaborasi riset pesantren-universitas dalam isu spiritualitas, lingkungan, dan kemanusiaan.

Dari Warisan ke Gerakan

Gurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle telah membuktikan bahwa pendidikan adalah jihad terbesar. Ia memulai perjuangan dari bilik sederhana di Mangkoso dan menjadikannya gerakan nasional yang mencerdaskan puluhan ribu santri dan mahasiswa. DDI hari ini bukan sekadar nama lembaga, tetapi warisan gerakan peradaban yang hidup dalam ribuan ruang kelas di Sulawesi dan Kalimantan. Tugas kita adalah melanjutkan semangat itu di ruang kuliah modern: menanam spirit Gurutta dalam algoritma kecerdasan buatan, menjadikan teknologi bukan penguasa, tetapi pelayan nilai-nilai kemanusiaan. Karena sesungguhnya, sebagaimana sering diingatkan Gurutta, “Belajarlah dengan hati, bukan hanya dengan akal. Sebab yang mencerdaskan bukan ilmu semata, tetapi keberkahan ilmu.”

Menjadikan Spirit Gurutta sebagai Kompas Pendidikan Abad ke-21

Warisan Gurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle bukan sekadar catatan sejarah, melainkan napas yang terus menghidupi dunia pendidikan Islam. Dari bilik kecil di Mangkoso, beliau menyalakan pelita ilmu yang kini menerangi ribuan ruang kelas di Sulawesi, Kalimantan, bahkan di berbagai pelosok Nusantara. Spirit keikhlasan, keteguhan, dan kesederhanaan beliau adalah energi moral yang kita butuhkan di tengah gelombang disrupsi teknologi dan derasnya arus globalisasi.

Hari ini, ketika kecerdasan buatan (AI) mulai mengatur ritme belajar, dan algoritma seolah menggantikan peran manusia, kita memerlukan keseimbangan antara kecerdasan digital dan kecerdasan spiritual. Teknologi memang bisa membuat proses belajar lebih cepat, tetapi hanya nilai-nilai Gurutta yang bisa membuatnya bermakna. AI mungkin mampu menjawab pertanyaan, tetapi hanya hati yang jernih mampu memahami makna dari setiap jawaban.

Karena itu, marilah kita, para dosen, santri, dan mahasiswa, menjadikan ruang kuliah sebagai lanjutan dari bilik pesantren tempat ilmu diajarkan dengan adab, dan teknologi digunakan dengan tanggung jawab moral. Jadikanlah setiap aktivitas akademik sebagai ibadah, setiap riset sebagai bentuk dzikir intelektual, dan setiap capaian sebagai amanah untuk kemaslahatan umat.

Wahai generasi muda akademik Islam, mari kita hidupkan kembali ruh keilmuan yang diwariskan Gurutta. Belajarlah bukan hanya untuk menguasai data, tetapi untuk menumbuhkan hikmah. Gunakan teknologi bukan untuk menyaingi manusia, tetapi untuk memuliakan kemanusiaan. Dan jadikan ruang kuliah kita bukan hanya tempat mengajar, tetapi juga tempat lahirnya manusia berilmu, beradab, dan berjiwa santri.

Ya Allah, ajarilah kami ilmu yang bermanfaat, berkatilah setiap pengetahuan yang Engkau anugerahkan, jadikanlah ilmu kami membawa cahaya kebaikan, amal saleh, serta rahmat bagi seluruh alam.

Ya Allah, jadikan seluruh perjuangan dan pengabdian Guruttta KH. Abdurrahman Ambo Dalle dalam mengajarkan agama-Mu serta mendidik umat-Mu sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah terputus.Balaslah segala jasa dan pengorbanannya dengan balasan terbaik di sisi-Mu, dan kumpulkan kami kelak bersamanya di antara golongan ulama saleh dan guru-guru mulia, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

Semoga semangat Gurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle terus hidup dalam diri para pendidik dan pembelajar, menjadi kompas moral bagi pendidikan Islam di era kecerdasan buatan,

dan menjadi wasilah agar Indonesia melahirkan generasi ulul albab cerdas pikirannya, lembut hatinya, dan teguh imannya.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.


Referensi:

Abdurrahman, A. D. (n.d.). Biografi AG KH Abdurrahman Ambo Dalle. Darud Da’wah wal Irsyad (DDI). Retrieved October 22, 2025, from https://ddi.or.id/biografi-ag-kh-abdul-rahman-ambo-dalle/

Haikal. (2022). Peran Anregurutta H. Abdurrahman Ambo Dalle dalam mensyiarkan Islam di Kabupaten Barru (Studi Kasus di DDI Mangkoso) [Undergraduate thesis, UIN Alauddin Makassar]. Repositori UIN Alauddin. https://repositori.uin-alauddin.ac.id/22594/1/40200117075%20HAIKAL.pdf

Samsir, S. (2015). Gerakan pendidikan dan sosial keagamaan Darud Da’wah wal Irsyad (DDI). Jurnal Sosial Keagamaan Media Akademika, 30(2), 33–49. https://media.neliti.com/media/publications/145173-ID-gerakan-pendidikan-dan-sosial-keagamaan.pdf

Syuhudi. (2018). Eksistensi DDI dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat (Studi pada DDI Polewali Mandar). Jurnal Al-Qalam: Jurnal Penelitian Agama dan Sosial Budaya, 24(2), 203–215. https://jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/article/download/99/85

Universitas Negeri Makassar. (2022). Pemikiran KH Abdurrahman Ambo Dalle dalam dunia pendidikan Islam. Pattingalloang: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, 6(1), 45–57. https://ojs.unm.ac.id/pattingalloang/article/view/40364

Wikipedia. (2025). Darud Da’wah wal Irsyad. In Wikipedia Bahasa Indonesia: Ensiklopedia bebas. Retrieved October 22, 2025, from https://id.wikipedia.org/wiki/Darud_Da%27wah_wal_Irsyad

Darud Da’wah wal Irsyad Sulawesi Selatan. (2023). Ini jumlah pondok pesantren DDI yang ada di Sulawesi Selatan. Retrieved October 22, 2025, from https://sulsel.ddi.or.id/ini-jumlah-pondok-pesantren-ddi-yang-ada-di-sulawesi-selatan/

Darud Da’wah wal Irsyad. (2020). Trilogi DDI di bidang pendidikan [Document file]. Scribd. https://id.scribd.com/document/549663650/TRILOGI-DDI-DI-BIDANG-PENDIDIKAN

Khusuma, D. H. (2022). Artificial intelligence in Islamic education: Opportunities and challenges. International Journal of Islamic Educational Research (IJIER), 4(2), 55–68. https://doi.org/10.32678/ijier.v4i2.529

Rahmawati, N., & Azizah, L. (2023). Integrasi teknologi kecerdasan buatan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Jurnal Pendidikan Islam Modern (JPIM), 12(1), 80–95. https://doi.org/10.21009/jpim.12.1.80

Menanam Spirit Gurutta di Ruang Kuliah: Inspirasi Keteladanan KH. Abdurrahman Ambo Dalle Bagi Pendidikan Karakter Islami Di Era Artificial Intelligence
Hamzah Aziz 22 Oktober 2025
Share post ini
Arsip