Dalam bahasa Arab, sastra diartikan adab (الأدب) memiliki arti menghias diri dengan akhlak yang luhur seperti jujur, amanah, penuh kasih dan lain sebagainya. Orang bijak mengatakan:
"أديني ربي فأحسن تأديبي"
"Robbku telah mendidikku dengan sebaik-baiknya pendidikan, maka indahlah akhlakku."
Dalam definisinya, Al-Jurjani meletakkan Adab sebagai sesuatu yang setara dengan Ma'rifah yang mencegah pemiliknya dari terjerumus ke dalam berbagai bentuk kesalahan. Meski demikian, secara khusus adab berarti perkataan indah dan jelas, dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau mendengarkannya, baik berupa prosa maupun syair. Oleh karena itu, antara defenisi adab sebagai istilah yang luas dalam arti menghias diri dengan akhlak yang luhur sejalan dengan konsep pendidikan berakhlak, karena pendidikan yang baik tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian yang baik.
Dengan memahami pentingnya adab dalam pendidikan, kita dapat melihat bahwa pendidikan adalah proses yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Dalam pendidikan, tindak tutur yang dipenuhi cinta dan kasih sayang memainkan peran yang amat penting guna membantu anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkualitas. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin Rumi, "Jangan tanam apapun kecuali cinta" (Edi Sutarno, Pemimpin Cinta: 343).
Cinta adalah fondasi yang sangat penting dalam pendidikan, karena dengan cinta, anak akan merasa dihargai dan didukung untuk mencapai potensi mereka.
Rasulullaah saw. Menegaskan bahwa tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk manusia mu'min yang kuat dan berkualitas, baik dari segi jasmani maupun rohani (Abdul Majid Khon: 165-166). Mu'min yang berkualitas adalah mu'min yang lebih kuat dan lebih dicintai oleh Allah SWT. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW:
"المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف"
"Mu'min yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada mu'min yang lemah..." (HR. Muslim).
Oleh karena itu, pendidikan harus diarahkan untuk membentuk anak yang kuat dan berkualitas, baik dari segi fisik maupun mental. dan ini harus didukung oleh contoh melalui ucapan serta tindakan yang baik pula.
Dalam mendidik anak, penting untuk menggunakan pendekatan yang sesuai dengan usia mereka. Menurut Iqra Al-Firdaus (21-70), ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
a. Pendekatan kasih sayang untuk anak-anak berusia 0-6 tahun, yang bertujuan untuk membangun kepercayaan dan keamanan. Pada usia ini, anak-anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang tulus dari orang tua dan pendidik. Ucapan-ucapan yang baik serta kalimat-kalimat motivasi dapat terus diberikan kepada anak.
b. Pendekatan ketegasan dan militansi untuk anak-anak berusia 7-14 tahun, yang bertujuan untuk membangun disiplin dan tanggung jawab. Pada usia ini, anak-anak perlu diajarkan untuk memahami aturan dan batasan, serta mengembangkan kemampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka.
c. Pendekatan persahabatan untuk remaja berusia 15-21 tahun, yang bertujuan untuk membangun hubungan yang positif dan mendukung. Pada usia ini, remaja membutuhkan dukungan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik untuk mengembangkan kemampuan mereka dan menghadapi tantangan hidup.
d. Pendekatan kepercayaan untuk dewasa berusia 21 tahun ke atas, yang bertujuan untuk membangun kemandirian dan tanggung jawab. Pada usia ini, individu perlu diberikan kepercayaan dan kebebasan untuk membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.
Cinta juga mengajarkan seseorang memiliki adab yang mulia, sehingga seseorang mampu menjadi pribadi yang berharga. Seperti yang ditulis oleh Lukman Hakim Arifin dkk (29), dalam bukunya al-mahfuudzaat
"أدب المرء خير من ذهبه"
"Adab seseorang itu jauh lebih berharga daripada emas yang dimilikinya".
Adab yang mulia dapat membantu seseorang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dihargai oleh orang lain.
Dalam pendidikan, cinta dan adab yang mulia dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Pendidik dapat menunjukkan cinta dan perhatian kepada peserta didiknya dengan memberikan dukungan baik berupa pujian serta bimbingan yang tulus. Orang tua dapat menunjukkan cinta dan adab yang mulia kepada anak-anak mereka dengan memberikan nasehat-nasehat yang baik sebagaimana Lukman menasehati anaknya. Demikian pula membimbing mereka untuk mengembangkan kemampuan mereka.
Sebagai kesimpulan, cinta adalah fondasi yang sangat penting dalam pendidikan. Dengan cinta, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki adab yang mulia. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik harus menunjukkan Bahasa cinta dan sikap penuh kasih sayang kepada anaknya begitu pula seorang pendidik terhadap peserta didiknya dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan mendukung. Dengan demikian, terbentuklah generasi yang lebih baik dan lebih berkualitas, yang dapat membawa perubahan positif bagi agama dan bangsa.