Skip ke Konten

Ketika Syariat Merangkul Semesta: Transformasi Hukum Islam Melalui Lensa Kasih Sayang

Badruzzaman (Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam)
24 Juli 2025 oleh
Ketika Syariat Merangkul Semesta: Transformasi Hukum Islam Melalui Lensa Kasih Sayang
Suhartina

Di tengah hiruk pikuk dunia yang kian kompleks, seringkaliseseorang terjebak dalam persepsi sempit tentang syariat Islam. Ada yang melihatnya sebagai seperangkat aturan kaku yang membatasi, bahkan memberangus kebebasan. Tak jarang pula, stigma negatif melekat padanya akibat ulah segelintir oknum yang salah memahami dan mengimplementasikannya. Namun, mari sejenak menepi dari keramaian, dan mencoba menyelami syariat dari sudut pandang yang berbeda: lensa kasih sayang.

 

Membongkar Mitos, Menemukan ​Esensi

Bicara tentang syariat, mesti dikembalikan pada esensinya. Syariat bukanlah sekadar daftar "boleh" dan "tidak boleh", melainkan sebuah panduan hidup komprehensif yang dirancang untuk membawa kemaslahatan bagi seluruh alam. Akarnya adalah rahmatan lil alamin, kasih sayang bagi semesta. Sayangnya, dalam perjalanan sejarah, pemahaman tentang syariat kerap kali tereduksi menjadi aspek hukum formal semata, melupakan dimensi spiritual dan etisnya yang jauh lebih luas.

Inilah mengapa gagasan "Kurikulum Berbasis Cinta: Gagasan, Harapan, dan Jalan Pendidikan Rahmatan Lil Alamin" menjadi begitu relevan. Ia menawarkan sebuah transformasi fundamental dalam cara mendekati dan mengajarkan hukum Islam. Bukan lagi sekadar menghafal pasal-pasal dan ayat-ayat, melainkan meresapi semangat di baliknya, yaitu cinta, keadilan, dan kasih sayang.

 

Pendidikan Berbasis Cinta: Fondasi Transformasi Syariat

Bayangkan sebuah pendidikan di mana anak-anak tidak hanya diajarkan tentang salat, puasa, atau zakat, tetapi juga mengapa ibadah-ibadah itu diwajibkan: untuk menumbuhkan kedisiplinan, empati, dan kepedulian sosial. Mereka belajar bahwa zakat bukan hanya kewajiban finansial, melainkan wujud cinta kasih kepada sesama yang membutuhkan. Mereka memahami bahwa larangan riba bukan semata aturan, melainkan upaya menjaga keadilan ekonomi dan mencegah penindasan.

Inilah gagasan besar dari kurikulum berbasis cinta: menanamkan nilai-nilai luhur syariat sejak dini, bukan sebagai beban, melainkan sebagai bekal untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan kebermanfaatan. Ini adalah harapan bersama : lahirnya generasi yang memahami syariat tidak hanya dengan akal, tetapi juga dengan hati. Generasi yang mampu melihat bahwa di balik setiap aturan, ada hikmah dan kasih sayang Allah yang melingkupi.

 

Jalan Menuju Rahmatan Lil Alamin

Lantas, bagaimana jalan pendidikan ini dapat membawa syariat merangkul semesta?

Pertama, melalui pemahaman yang holistik. Syariat tidak bisa dipisahkan dari etika, moralitas, dan kemanusiaan. Ketika tujuan utama syariat dipahami sebagai mewujudkan kebaikan bagi seluruh ciptaan, maka aplikasinya pun akan selalu berorientasi pada kemaslahatan bersama, bukan kepentingan sempit kelompok tertentu.

Kedua, dengan menumbuhkan sikap inklusif dan toleran. Syariat yang berlandaskan kasih sayang akan selalu membuka ruang dialog, menghargai perbedaan, dan menjauhi ekstremisme. Hal itu yang diajarkan  untuk menjadi rahmat, bukan laknat.

Ketiga, melalui implementasi yang kontekstual dan adaptif. Syariat, dengan prinsip-prinsip universalnya, memiliki fleksibilitas untuk diterapkan dalam berbagai konteks zaman dan tempat. Pendidikan berbasis cinta akan melahirkan cendekiawan dan praktisi yang mampu menginterpretasikan syariat dengan bijak, relevan, dan humanis, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasarnya.

Membangun Peradaban Berbasis Kasih Saya​ng

Ketika syariat dipahami dan diaplikasikan dalam lensa kasih sayang, ia akan menjadi instrumen transformasi yang luar biasa. Ia akan membantu membangun peradaban yang berlandaskan keadilan, kemanusiaan, dan keberlanjutan. Ia akan menjadi jembatan yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam.

Tinggalkan narasi lama tentang syariat yang menakutkan dan membatasi. Rangkul visi baru: Ketika Syariat Merangkul Semesta. Sebuah visi di mana hukum Islam, yang lahir dari lautan kasih sayang Tuhan, benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ini bukan hanya sebuah harapan, melainkan sebuah panggilan untuk bertransformasi, dimulai dari cara pendidik mendidik diri sendiri, anak-anak didik, dan masyarakat luas, menuju jalan pendidikan rahmatan lil alamin.

 

Ketika Syariat Merangkul Semesta: Transformasi Hukum Islam Melalui Lensa Kasih Sayang
Suhartina 24 Juli 2025
Share post ini
Arsip