Skip ke Konten

Pelopor Cinta dari Tanah Bugis: Nasaruddin Umar dan Habibie

Andi Muhammad Asbar (Dosen Pascasarjana IAIN Parepare)
24 Juli 2025 oleh
Pelopor Cinta dari Tanah Bugis: Nasaruddin Umar dan Habibie
Suhartina

Salah satu sosok yang patut dipotret pada era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka adalah Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar. Sejak dilantik menjadi Menteri Agama pada tanggal 21 Oktober 2024, beliau membuat sebuah manifesto baru di Kementerian Agama yang disebut ‘Kurikulum Berbasis Cinta’.

Bukankan warga Kementerian Agama selama ini sudah punya jargon “Ikhlas Beramal’ sebagai simbol pengorbanan atau pengabdian untuk Bangsa dan Negara? Lalu mengapa ‘Kurikulum Berbasis Cinta’ (KBC) harus hadir? Jawabannya ada dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6077 Tahun 2025 Tentang Panduan Kurikulum Berbasis Cinta. Gagasan KBC rupanya bertujuan menanamkan nilai-nilai cinta, kasih sayang, dan toleransi dalam pendidikan.

Cinta yang tampak dalam kehidupan sehari-hari terlihat semu tanpa makna, disekeliling kita ada orang yang sudah mencapai puncak kesuksesan, namun akhirnya jatuh karena nafsu ingin mempertahankan kekuasaan dengan segala cara. Bahkan, ada yang tega memutus kebersamaan agar hasrat pribadi bisa diraih.

Imam Al-Gazali dalam Kîmiyâ’ al-Sa‘âdah, berpesan bahwa ‘Dunia menipu manusia dengan berbagai cara, seperti menampakkan diri sebagai sesuatu yang remeh dan sepele, tetapi setelah dikejar ternyata ia punya cabang yang begitu banyak, dan panjang sehingga seluruh waktu, dan energi manusia dihabiskan untuk mengejarnya’.

Hasrat manusia mengejar kebahagiaan di dunia, seringkali melampaui batas. Kita (manusia) tega merebut kebahagiaan orang, atau kebahagiaan kita diukur dengan materi sehingga kita pakai berbagai cara untuk meraihnya. Disinilah sifat ananiah (egois) menusia semakin liar, kita hanya ingin dicintai tapi tidak mau mencintai, serta ingin dimengerti tapi tidak pengertian kepada sesama.

…‘Aku ingin kau menerima seluruh hatiku, aku ingin kau mengerti, di jiwaku hanya kamu. Namun, bila kau tidak bisa menerima aku. Lebih baik ku hidup tanpa cinta’… Lirik lagu ‘Tanpa Cinta’ yang dipopulerkan oleh Yovie & Nuno pada tahun 2014, sepertinya kata ‘hidup tanpa cinta’ menjadi sarat dengan makna keputusasaan. Kurikulum Berbasis Cinta harus hadir meluruskan problematika hidup semacam itu, dan sangat tepat menjadi anti tesis dalam mengatasi masalah pendidikan saat ini. Profesor Nasaruddin Umar telah berikhtiar meletakkan ‘Cinta’ sebagai basis dari sebuah kurikulum yang dapat menjadi panduan bagi Madrasah dan Sekolah.

Selain Profesor Nasaruddin Umar, kita perlu melirik mendiang almarhum Profesor Bacharuddin Jusuf Habibie atau akrab dengan panggilan Habibie. Lelaki kelahiran Kota Parepare Sulawesi Selatan yang dikenal sebagai Presiden dan Ilmuan, bagi saya beliau hadir sebagai sosok Maestro ‘Cinta’, dan tidak salah jika Pemerintah Kota Parepare membuat ‘Monumen Cinta Habibie Ainun’ yang kini menjadi ikon bagi Kota Parepare.

Kisah Cinta Habibie dan Ainun yang semula, adalah kisah hidup yang diracik menjadi sebuah buku novel kemudian difilmkan, telah menjadi kisah inspiratif yang mengandung hikmah tentang kehidupan dari sang profesor bagi semua orang, terutama bagi mereka yang telah berkeluarga. Ada banyak pasangan kekasih yang telah mengucap janji suci lewat ikatan pernikahan, namun ada pasangan yang mengikatnya menggunakan benang yang mudah putus, ada yang memakai tali rafia sebagai pengikat tapi dengan sedikit tekanan juga sudah bisa putus. Lalu ada yang berusaha menggunakan tali tambang sebagai tali pengikat yang paling kuat, dan kokoh, serta tidak gampang putus, justru kedua pasangan tersebutlah yang melepaskan tali tambangnya hingga mereka berpisah.

Profesor Nasaruddin Umar dan Profesor Habibie telah sukses menjadi ‘Pelopor Cinta’ dari Tanah Bugis, keduanya adalah Maestro yang menjadikan ‘Cinta’ sebagai insight bagi kehidupan, Profesor Nasaruddin Umar memperjuangkan ‘Cinta’ sebagai kurikulum dan menjadi elemen penting dalam praktik pendidikan. Lalu Profesor Habibie mengamalkan ‘Cinta’ dalam kehidupan, yaitu mencintai keluarga dan mencinta dengan ilmu pengetahuan. Keduanya adalah sosok inspiratif bagi Masyarakat Indonesia.

Pada hari Jumat tepat dengan tanggal 26 Juli 2025, Prof. K.H. Nasaruddin Umar akan berkunjung ke IAIN Parepare, lewat tulisan ini saya ingin mengucapkan Selamat Datang Bapak Menteri Agama penggagas ‘Kurikulum Berbasis Cinta’ di Kota Cinta Habibie Ainun Parepare.

Pelopor Cinta dari Tanah Bugis: Nasaruddin Umar dan Habibie
Suhartina 24 Juli 2025
Share post ini
Arsip